Skip to main content

Apakah Indonesia Sekarang Masih Merdeka


Sumber: https://www.freepik.com/free-vector/war-background_27516593.htm#query=Colonialism&position=11&from_view=search


Bangsa kita sejak dahulu, memang sering mengalami konflik, baik konflik internal maupun eksternal. Konflik internal contohnya adalah peperangan dalam bangsanya sendiri antar suku maupun ras. Sedangkan konflik eksternal contohnya adalah peperangan melawan bangsa lain dari luar Indonesia, seperti perang melawan bangsa Eropa.

Seperti yang kita ketahui dari berbagai sumber sejarah yang menceritakan mengenai peperangan bangsa Indonesia melawan bangsa Eropa, bangsa kita sendiri sangat kesulitan dalam menghadapi serangan dari bangsa Eropa yang menjajah negeri kita ini. Ada berbagai kisah heroik yang diceritakan dari masa ke masa tentang hal tersebut yang membuat kita menjadi terharu dan terkorbankan semangat patriotisme nya di kala ini.

Perjuangan nenek moyang kita harus direfleksikan dan di hormati karena mereka rela berkorban baik itu darah maupun harta demi mewujudkan Indonesia yang merdeka saat ini. Harus diakui bahwa betapa sulitnya mereka di kala itu ketika harus melawan penjajah dengan sedikit perlengkapan dan juga senjata, sedangkan para penjajah memiliki semua hal yang mereka butuhkan untuk menguasai negeri kita Indonesia ini.

Semua fakta di atas memanglah sangat bagus untuk dijadikan pelajaran para pemuda di masa sekarang ini. Akan tetapi menurut saya pribadi terlepas dari perjuangan nenek moyang kita dalam mempertahankan kemerdekaannya saya harus mengatakan bahwa Indonesia memang pantas untuk dijajah.

Mengapa saya mengatakan bahwa Indonesia itu memang pantas dijajah? Karena memang seharusnya begitu. Banyak fakta yang menunjukkan hal tersebut. Sebagai contoh adalah fakta bahwa para penguasa feodal di tanah Jawa khususnya banyak dari mereka yang bermental korup. Apakah kita masih ingat tentang peristiwa pembuatan jalan dari Anyer hingga Panarukan. Ketika kita sekolah dahulu kita mendengar bahwa rakyat Indonesia yang mengerjakan pembangunan tersebut tidak diberi upah sama sekali..

Meski demikian ada satu hal yang mengejutkan dari peristiwa tersebut yakni telah ditemukannya bukti bahwa dari gubernur Belanda sendiri telah memberikan upah kepada para pekerja yang membangun jalan tersebut, namun uang tersebut dititipkan melalui setiap bupati di kabupaten nya dan tidak diberikan kepada para pekerja. Jadi kemanakah upah tersebut?. Tentu saja dikorupsi oleh para bupati kita.

Apakah kalian tahu berapa upah yang diberikan oleh gubernur Belanda pada saat itu yaitu Daendels, upahnya yaitu sebesar 30.000 ringgit. Meskipun jumlah upah tersebut bisa dibilang tidak cukup untuk pekerjaan yang dilakukan namun setidaknya kita dapat mengetahui bahwa para penjajah itu tidak terlalu bodo amat dengan kondisi pekerja kita.

Berdasarkan contoh di atas kita dapat mengetahui bahwa memang sejak dahulu mental bangsa Indonesia itu sudah rusak yaitu dengan contoh para bupati yang telah merampas hak-hak para pekerja yang seharusnya upah tersebut diperoleh oleh para pekerja kita ketika sudah membangun jalan raya Anyer hingga Panarukan.

Mereka berfoya-foya diatas penderitaan orang lain yaitu bangsanya sendiri. Bayangkan yang mereka injak injak kehormatan nya itu adalah dari bangsanya sendiri. Maka tidaklah heran sampai sekarang korupsi adalah hal lumrah dalam negara kita. Apakah itu memang adalah gen yang diwariskan oleh para leluhur kita atau itu hanya sikap buruk yang dilakukan di zaman itu saja.

Selanjutnya saya akan memaparkan kondisi mental bangsa Indonesia sendiri. Menurut opini saya yang sudah saya perhatikan dari kehidupan masyarakat secara global di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih terikat dengan sistem feodal yang sudah ada sejak zaman dahulu. Buktinya adalah bahwasannya betapa banyak orang yang lebih suka menjadi karyawan daripada mendirikan usahanya sendiri. Mereka berlomba-lomba dalam bersaing menjadi karyawan atau yang biasa disebut dengan buruh. Bayangkan saja capek-capek kita bersekolah hingga kita kuliah hanya bercita-cita untuk menjadi budak dari suatu perusahaan tertentu. Memang terdengar kasar, namun itu adalah fakta yang tidak bisa dilakukan oleh kita sebagai bangsa Indonesia

Memang secara teori penjajahan secara fisik di Indonesia sudah tidak ada dengan diberlakukannya aturan bahwa setiap negara di dunia ini dilarang menjajah negara lainnya. Itu dalam sekejap dapat melegakan hati kita karena kita tidak perlu untuk saling berperang secara fisik dengan negara lainnya. Akan tetapi ada satu istilah baru yang berkaitan dengan penjajahan itu sendiri yaitu neokolonialisme.

Neokolonialisme sendiri dapat diartikan sebagai penjajahan yang tidak menggunakan fisik namun menggunakan berbagai aspek seperti politik, ekonomi, budaya, sosial dan lain sebagainya. Hal ini justru lebih berbahaya daripada penjajahan fisik karena hal tersebut dapat terjadi secara tidak langsung dalam waktu yang sangat lama dan tidak terasa oleh kita.

Sebagai contoh dalam bidang ekonomi, bentuk neokolonialisme yang dapat diterapkan adalah masuknya berbagai barang asing yang menguasai pasar di Indonesia. Hal ini sudah terjadi di negara kita karena kita seringkali bergantung kepada negara-negara lain meskipun itu hanya hal sepele, contohnya adalah kita selalu impor beras dari negara lain padahal negara kita adalah negara agraris yang memiliki tanah subur yang melimpah ruah di mana-mana.

Itu semua bukan karena kita tidak mampu secara aspek material, namun itu lebih ke alasan mental yang kita itu sendiri minder dengan barang-barang buatan kita sendiri, dengan produksi kita sendiri yang sebenarnya kualitasnya itu juga bagus dibandingkan dengan kita mengimpor dari negara-negara lain.

Berdasarkan data tersebut kita dapat menyimpulkan kembali bahwa solidaritas diantara masyarakat Indonesia sekarang sudah mulai menghilang karena sudah tidak peduli lagi dengan pengusaha yang telah memproduksi berbagai barang yang cukup bagus di Indonesia. Mereka lebih suka membeli barang-barang yang berpredikat impor, meskipun barang tersebut biasa-biasa saja. Mungkin saja hal tersebut menjadi trend diantara kita bahwa barang impor itu lebih bagus daripada barang buatan kita sendiri

Anggapan tersebut adalah contoh-contoh sederhana yang saya paparkan untuk membuktikan bahwa indonesia memang pantas untuk dijajah , apabila kita tidak mau mengubah mental bangsa kita yang lembek ini. Kita mungkin memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengubah semua itu namun apabila kita tidak mulai dari sekarang mau kapan lagi kita akan menjadi negara super power di dunia ini.

Kita semua tahu bahwa Indonesia tidak kekurangan apa-apa, baik dari segi tenaga kerja sumber daya alam maupun kecerdasan nya sendiri. Andaikan Indonesia di embargo secara ekonomi oleh seluruh negara di dunia, kita masih bisa tetap bertahan dengan segala sumber daya yang kita miliki. Sungguh kufurlah kita terhadap berbagai nikmat yang telah ada. Apabila kita tidak mau menggunakan semua itu secara bijaksana dan menyia-nyiakannya.

Terakhir, pesan yang bisa saya sampaikan adalah berjuanglah demi bangsa ini untuk setidaknya melihat masa depan yang cerah dari keturunan kita yang akan memimpin negeri kita ini selanjutnya.


Penulis: Nayaka Ramayoga

Redaktur: Ansol Boy















Comments

Popular posts from this blog

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat

Kecewa UKT Mahal, MABA FISIP Gelar Unjuk Rasa di Depan WR 3

      http://www.lpmreference.com Hari terakhir PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan) menjadi momentum Mahasiswa baru (Maba) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk unjuk rasa terkait mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Realisasi Program Ma'had tepat di depan Wakil Rektor 3, Minggu 6 Agustus 2023. Aksi yang bertempat di depan Land Mark Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut di latar belakangi atas ketidakkepuasan MABA FISIP tentang UKT yang begitu mahal, UKT yang tidak tepat sasaran dan Realisasi Program Ma'had yang masih jauh dari kata memuaskan untuk para MABA. Massa Aksi membentangkan spanduk yang bertuliskan "Tolak Komersialisasi Pendidikan, Tolong Kami", "Regulasi Ma'had ugal-ugalan pelan-pelan pak Rektor". Aksi yang berlangsung pada pukul 17.20 WIB, secara kebetulan tepat berada di depan Wakil Rektor 3 yaitu  Achmad Arief Budiman dan disaksikan oleh nya secara langsung. "Mari kita kawal bersama adek-adek

Kampus UIN Walisongo disebut Anti Kritik, Begini Tanggapan Mahasiswa Baru Sosiologi 2023

      http://www.lpmreference.com Kampus UIN Walisongo Semarang disebut anti kritik, hal ini diungkapkan  mahasiswa baru Sosiologi angkatan 2023. Baru-baru ini, pada pelaksanaan hari pertama PBAK terpantau ada spanduk yang terpasang di sekitar gedung FISIP UIN Walisongo Semarang diturunkan oleh pihak kampus. Spanduk tersebut berisi kritik terhadap kebijakan kampus seperti isu UKT, isu ma'had, komersialisasi pendidikan dan sebagainya.  "Bahwa pihak kampus telah membatasi ruang kebebasan ekspresi untuk mahasiswa menyuarakan suaranya." Padahal kampus seharusnya menjadi tempat pendidikan yang merdeka bagi para Mahasiswa, " ungkap Kia Mahasiswa Baru Sosiologi 2023.  Menurut Kia, bahwa adanya sebuah kritik justru akan membuat kampus menjadi lebih baik. Bukan malah dibungkam seperti itu.  Sementara itu, Gibran, Mahasiswa baru Sosiologi 2023 mengatakan bahwa isu ma'had merupakan hal yang paling krusial dan patut kita kawal bersama-sama. Namun tidak pernah  mendapatkan pe