Skip to main content

Syarat IPK Tidak Memenuhi, Salahsatu Calon Sema FISIP Tetap Diloloskan

Foto HSS

LPM Reference.com –
Minggu (15/12), Pemilwa baru saja bergulir, namun isu tentang kecurangan sudah mencuat ke permukaan. Salahsatunya adalah ditemukan ketidak lengkapan data administratif, berupa IPK yang tidak memenuhi syarat dari salahsatu calon Senat Mahasiswa (SEMA) di FISIP.

Ketidaklengkapan tersebut ditemukan pada satu kandidat SEMA dari Partai Mahasiswa Demokrasi (PMD) yang tidak memenuhi administratif dalam hal IPK, di mana calon tersebut hanya memiliki IPK 2.10. Padahal tertera dalam aturan yang diterbitkan oleh Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) minimal harus memiliki IPK 3,00.

Al-Hafidz Munandar, ketua Dewan Perwakilan Wilyah (DPW)  PMD FISIP, mengatakan bahwa ia hanya mengikuti instruksi  dari Dewan Perwakilan Pusat (DPP) yang mengatakan bahwa persyaratan IPK hanya berlaku bagi calon yang berada ditingkat universitas,  sedangkan di fakultas tidak ada syarat mininmal IPK.

Hafizd menjelaskan bahwa ketika melakukan verifikasi data, pihak KPM tidak mempermasalahkan soal IPK tersebut. “Ketika berkas persyaratan diajukan ke KPM katanya data sudah valid dan tidak ada masalah,” ungkap Hafizd

Ketika dimintai keterangan, Kafabih sebagai ketua KPM enggan diwawancarai langsung dengan alasan sedang sibuk mengurus penyelenggaraan Pemilwa dan hanya mau diwawancarai lewat whatsapp.

Dalam keterangan singkatnya di whatsaap Kafabih menuturkan bahwa pihak KPM kurang tahu perihal itu “KPM kurang tahu karena kami hanya mengecek data hardfile saja.” Kafabih juga menjawab bahwa syarat IPK 3,00  berlaku baik di tingkat fakultas maupun universitas.

Reporter : Luqman
Editor: Feni

Comments

Popular posts from this blog

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat

Kecewa UKT Mahal, MABA FISIP Gelar Unjuk Rasa di Depan WR 3

      http://www.lpmreference.com Hari terakhir PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan) menjadi momentum Mahasiswa baru (Maba) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk unjuk rasa terkait mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Realisasi Program Ma'had tepat di depan Wakil Rektor 3, Minggu 6 Agustus 2023. Aksi yang bertempat di depan Land Mark Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut di latar belakangi atas ketidakkepuasan MABA FISIP tentang UKT yang begitu mahal, UKT yang tidak tepat sasaran dan Realisasi Program Ma'had yang masih jauh dari kata memuaskan untuk para MABA. Massa Aksi membentangkan spanduk yang bertuliskan "Tolak Komersialisasi Pendidikan, Tolong Kami", "Regulasi Ma'had ugal-ugalan pelan-pelan pak Rektor". Aksi yang berlangsung pada pukul 17.20 WIB, secara kebetulan tepat berada di depan Wakil Rektor 3 yaitu  Achmad Arief Budiman dan disaksikan oleh nya secara langsung. "Mari kita kawal bersama adek-adek

Kampus UIN Walisongo disebut Anti Kritik, Begini Tanggapan Mahasiswa Baru Sosiologi 2023

      http://www.lpmreference.com Kampus UIN Walisongo Semarang disebut anti kritik, hal ini diungkapkan  mahasiswa baru Sosiologi angkatan 2023. Baru-baru ini, pada pelaksanaan hari pertama PBAK terpantau ada spanduk yang terpasang di sekitar gedung FISIP UIN Walisongo Semarang diturunkan oleh pihak kampus. Spanduk tersebut berisi kritik terhadap kebijakan kampus seperti isu UKT, isu ma'had, komersialisasi pendidikan dan sebagainya.  "Bahwa pihak kampus telah membatasi ruang kebebasan ekspresi untuk mahasiswa menyuarakan suaranya." Padahal kampus seharusnya menjadi tempat pendidikan yang merdeka bagi para Mahasiswa, " ungkap Kia Mahasiswa Baru Sosiologi 2023.  Menurut Kia, bahwa adanya sebuah kritik justru akan membuat kampus menjadi lebih baik. Bukan malah dibungkam seperti itu.  Sementara itu, Gibran, Mahasiswa baru Sosiologi 2023 mengatakan bahwa isu ma'had merupakan hal yang paling krusial dan patut kita kawal bersama-sama. Namun tidak pernah  mendapatkan pe