Langsung ke konten utama

Tampil Berbeda di Hari Sidang: Kisah Nada dan Keberanian Berkostum Cosplay di Ruang Akademik


Reference, 12 Juni 2025 — Nada berdiri di depan layar proyektor, dengan rambut merah mudanya tergerai, tanduk kecil bertengger di kepala, dan jubah hitam-merahnya. Nada bukan sedang berada di panggung cosplay event, tapi di ruang sidang skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Walisongo. Hari itu, Nada menjalani munaqosah dengan cosplay penuh.

Penampilannya sontak menarik perhatian banyak orang. Namun bagi Nada, semua itu bukan sekadar gaya. Itu adalah representasi dari isi pikirannya, penelitiannya, dan dirinya sendiri.

 “Judul skripsiku Cosplay sebagai Arena Gaya Hidup Baru bagi Anak Muda (Studi pada Komunitas COSMA). Jadi memang sangat berhubungan. Aku sendiri juga bagian dari komunitas itu, Cosplayer Semarang,” ujar Nada.

Nada memulainya dari mencoba-coba pada 2019, dimana kegiatan cosplay menjadi cara bagi Nada untuk mengekspresikan diri. Pandemi covid-19 sempat membuatnya hanya bermain kostum di rumah. Namun, hobi ini terus tumbuh. “aku ga nyangka bakal sejauh ini cosplay di kehidupanku, sampe dibawa ke ruang sidang," katanya sambil tertawa. 

Keputusan untuk tampil beda itu tentu tidak diambil dengan mudah. Nada mengaku sempat gugup, terutama karena belum pernah ada yang melakukan hal serupa dalam forum akademik yang formal. “Awalnya aku izin ke dosbing dulu. Beliau minta aku konsultasikan langsung ke forum penguji. Ternyata Bu Elis, penguji yang juga pernah jadi pengujiku di sempro, sangat supportif. Begitu juga Bu Kartika Indah. Aku merasa lega beliau ini mengizinkan,” ceritanya.

Namun walaupun sudah diizinkan sama dosen penguji, tetap saja ada rasa khawatir yg dialamainya. “Deg-degan juga, takut ditolak mendadak sama TU atau dianggap nggak pantas. Soalnya waktu itu aku udah effort full makeup dan properti, ya seperti ikut cosplay lomba dan event,” ujarnya. 

Di luar ruang sidangpun muncul respons dari berbagai teman mahasiswa. Nada sempat mengalami catcalling dan komentar miring dari beberapa mahasiswa yang menyaksikan. “Ada yang nyeletuk, ‘ini kuliah, bukan event Jepang.’ Tapi aku cuek. Mungkin mereka iri tapi nggak berani foto,” katanya tertawa ringan.

Namun dukungan yang datang jauh lebih banyak. “Ada dosen dari UIN Makassar minta foto juga, bahkan ada mahasiswa prodi psikologi yang juga ikut foto. Banyak mahasiswa juga bilang salut atas keberanianku tampil beda. Bahkan ada yang nanya aku nanti cosplay apa pas wisuda,” ujarnya. 

Nada percaya bahwa ruang akademik tak harus selalu kaku. Nada ingin mendorong mahasiswa lain untuk berani berekspresi selama tetap dalam batas yang wajar.

“Tampil beda itu boleh, asal tahu tempat dan waktu. Jangan sampai tampil heboh tapi presentasinya malah lemah. Latihan dan persiapan itu kunci. Dan jangan lupa berdoa, itu senjata utama,” pesan Nada.

Nada juga mengingatkan, pro dan kontra adalah hal yang biasa. “Selama nggak melanggar aturan atau norma, gas aja. Dunia akademik juga butuh warna dan gebrakan,” tambahnya.

Tanggapan Sekretaris Jurusan Mengenai Cosplay saat Sidang Skripsi 

Menanggapi fenomena ini, Sekretaris Jurusan Sosiologi FISIP UIN Walisongo, sekaligus dosen pembimbing skripsi Nada, Pak Endang, menyatakan bahwa tindakan tersebut sudah dikonsultasikan dan disetujui oleh forum penguji. Beliau ini menekankan bahwa langkah mahasiswa itu bisa dimaknai sebagai ekspresi akademik yang kreatif dan kontekstual.

Pak Endang memaparkan bahwa keputusan tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti Ekspresi diri, Kreativitas dalam bentuk visual, Kesesuaian dengan tema skripsi dan Upaya menciptakan suasana sidang yang tidak terlalu kaku. 

Meski demikian, Pak Endang tetap mengingatkan bahwa segala bentuk ekspresi itu harus tetap menjaga etika formal. “Yang terpenting adalah, pakaian cosplay tersebut tidak mengganggu jalannya sidang dan tidak mengurangi kesan profesionalisme. Apalagi hal ini telah mendapat persetujuan dari seluruh dewan penguji,” jelasnya.

Pak Endang juga menambahkan bahwa ini bukan pertama kalinya mahasiswa menghadirkan elemen tambahan di ruang munaqosah. “Sudah beberapa kali ada mahasiswa membawa properti atau ilustrasi untuk menguatkan paparannya. Jadi hal ini bukan sesuatu yang benar-benar asing bagi kami,” tambahnya.


Penulis: Inayatul Mustafidah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menengok Kembali Sejarah Perkembangan Gawai Dari Abad 19 Sampai Sekarang

Sumber foto: https://www.ngerangkum.com Memasuki abad ke-20 kehidupan manusia mulai disibukkan dengan berbagai macam perubahan yang terjadi secara evolusioner. Perubahan-perubahan tersebut terlihat mencolok pada aspek teknologi. Berbagai pembaruan dan kecanggihan teknologi dihadirkan dalam kehidupan manusia. Perlahan namun pasti, hadirnya teknologi mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Era saat ini juga bisa disebut dengan era digital, era di mana  aktivitas manusia bergantung pada teknologi. Lalu bagaimana bisa aktivitas manusia bergantung pada teknologi? Bahkan bisa dikatakan manusia tidak bisa lepas dari hal tersebut. Simpel sekali, sebut saja yang paling dekat dengan kehidupan manusia setiap harinya, yaitu gawai. Gawai atau nama lain dari gadget yang kemudian karena kecanggihan dan kepintarannya kita biasa menyebutnya dengan smartphone . Dari waktu ke waktu gawai telah mengalami perkembangan teknologi yang cukup signifikan. Jika dulu gawai hanya sebatas peng...

Intervensi Militer Dalam Forum Diskusi Akademik KSMW X FTPS

Gambar seorang mahasiswa yang sedang diintrogasi TNI Reference - Forum diskusi kolaborasi antara Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) dan Forum Teori dan Praktik Sosial (FTSP) didatangi intelejen, tentara, dan security. Diskusi dengan tema "Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer Bagi Kebebasan Akademik" dilaksanakan di samping Auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo Semarang, pada Senin (14/04/2025).  Forum diskusi sebagai bentuk kebebasan akademik dimasuki seseorang yang diduga intelejen, tak lama setelah diskusi dimulai.  Intelejen yang memperkenalkan diri dengan nama Ukem, tiba-tiba hadir di tengah diskusi pembahasan militer masuk ke kampus.  Ukem yang memakai kaos hitam celana panjang langsung duduk di barisan belakang.  Pemantik dari FTPS, Farhan, merasa ada sosok mencurigakan yang tiba-tiba memasuki forum diskusi. Untuk memverifikasi intelejen tersebut, Farhan mengajak masa forum untuk memperkenalkan diri dan latar belakang.  " Biar makin kenal, ...

Mic UKM-U KSMW Diduga Disabotase Pasca Ungkap Keburukan Birokrasi

LPM REFERENCE— Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas (UKM-U) Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) terjun ke Gedung Serba Guna di Kampus 3 UIN Walisongo Semarang untuk melakukan expo UKM-U (11/08/2024). KSMW menampilkan orasi yang disampaikan oleh Kamil di hadapan mahasiswa baru angkatan 2024. Dalam orasinya, Kamil mengungkapkan fakta-fakta terkait kondisi birokrasi kampus yang dinilainya buruk. "Kalian adalah sapi-sapi perah penghasil UKT," ujar Kamil dalam orasinya. Namun, sesaat setelah pernyataan tersebut, microphone yang digunakan Kamil tiba-tiba mati. Meskipun demikian, Kamil tetap melanjutkan orasinya dan kembali menjelaskan mengenai UKM-U KSMW. Ketika Kamil menyebut istilah "UIN Komersil," microphone yang digunakan kembali mati. Kejadian ini memunculkan kecurigaan di kalangan peserta, terutama karena sebelumnya UKM-U Kopma yang juga menyampaikan presentasi tidak mengalami kendala teknis apapun. Bahkan, ketika KSMW mencoba menggunakan tiga microphone yang b...