Gambar dari Merdeka. Com
Setiap tanggal 2 Mei, Indonesia memperingati hari Pendidikan nasional (Hardiknas) sebagai momentum refleksi atas peran pendidikan dalam membangun peradaban. Tema yang kerap digaungkan adalah bagaimana Pendidikan menjadi fondasi perubahan sosial.
Namun, di balik semangat itu, kita harus kritis dengan pemikiran bahwa sudahkan Pendidikan benar-benar menjadi prioritas untuk mewujudkan transformasi bangsa? Akhir-akhir ini nampak nya pendidikan di negeri ini sangat mengkhawatirkan, kenapa? Karena pemerintah di negeri ini semakin mengebelakangkan urusan tentang Pendidikan.
Sudah sepatutnya kita semakin kritis dalam menanggapi persoalan ini. Dimulai dari Efisensi dana Pendidikan sehingga perguruan tinggi terkena imbasnya, juga kurikulum yang berubah setiap pergantian Kabinet. Membuat Pendidikan ini seperti di nomer paling belakang untuk di utamakan. Saying sekali pemerintah melakukan hal ini karena persiapan Pendidikan yang matang adalah kunci untuk wujudkan Generasi Emas 2045.
Dalam kacamata Sosiologi Pendidikan adalah sebagai pintu dalam perubahan sosial untuk Masyarakat. Menurut Alex Inkeles, seorang sosiolog terkenal dari Havrad University, mengemukakan teori tentang “Manusia Modern” teori ini menejelaskan bagaimana Pendidikan berperan penting dalam membentuk kepribadian modern yang diperlukan untuk mendorong Perubahan Sosial dan Pembangunan suatu Negara.
Namun mirisnya, pendidikan di negeri ini tidak di jadikan sebagai prioritas utama, hal ini tentunya sangat fatal jika di biarkan terus menerus. Dampak dari efisensi oleh Pendidikan dapat dilihat di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia, banyak dana anggaran yang di pangkas, padahal sudah seharusnya dana Pendidikan itu di tinggikan dan bukan malah di pangkas.
Contoh dampak dari efisensi dana Pendidikan di perguruan tinggi adalah penuruan kualitas pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan metode pengajaran hybrid, yaitu beralihnya metode offline (tatap muka ) menjadi online.
Dampak efisensi dana Pendidikan di perguruan tinggi juga menjadi ancaman terhadap keberlanjutan riset, dan penelitian. Jadi dalam hal ini pemerintah harus mengevaluasi program efisensi ini secara berkala, Efisensi harus di ukur tidak hanya dari aspek finansial, tetapi juga dampak sosial dan akademik.
Juga kita harus kritis dalam hal mengamati Pendidikan di Negeri ini, selain Efisensi dana untuk Pendidikan, ada satu lagi yang terlihat jelas adalah perubahan kurikulum yang terus menerus setiap pergantian Kabinet. Hal ini juga banyak menimbulkan banyak keresahan untuk tenaga pendidik, maupun dengan yang dididik.
Bayangkan jika sistem kurikulum di ganti terus menerus mau jadi apa Pendidikan di Negeri ini, sedangkan Negeri ini harus mencapai Target Generasi Emas 2045. Hal ini mengakibatkan kebingunan Guru dan tenaga pendidik lainya dalam pembelajaran.
Siswa yang mengalami beberapa kali perubahan kurikulum dalam jenjang Pendidikan yang sama bisa mengalami gap pengetahuan. Dan juga penuruan kualitas evaluasi Pendidikan contoh nya adalah Ketika dulu Ujian Nasional dihapus, diganti dengan AKM dan survey karakter ini membuat sulit mengukur kemajuan Pendidikan secara konsisten. Sudah sepatut nya pemerintah di Negeri ini memikirkan Jangka Panjang untuk penyesuaian kurikulum, di Negeri ini. Janganlah berfikir Jangka Pendek untuk kemajuan Negeri ini.
Di hari Hardiknas ini mari kita merefleksi sistem Pendidikan di Negeri ini. Demi untuk mencapai Generasi Emas 2045 pemerintah dan Masyarakat harus senantiasa bersama berkolaborasi untuk memwujudkan Generasi Emas 2045. Untuk itu marilah kita mulai berbenah.
Oleh: Anni Rahma Choirunisa
Komentar
Posting Komentar