![]() |
Sumber : koran.tempo.co |
Oleh : Zaenal Arifin
Di tengah jalan tol yang megah
Aku melihat desa-desa lenyap
Suara rakyat tenggelam di antara beton dan baja
Di mana janji-janji pembangunan berubah jadi angin lalu.
Mereka berkata, “ini kemajuan”
Namun, siapa yang benar-benar berjalan di atasnya?
Buruh terpinggirkan
Di bawah naungan undang-undang yang tak berpihak.
Sementara hutan menangis
Akar-akar pohon tercabut dari tanah.
Orang-orang yang menjaga alam diusir
Dan bumi kita yang perlahan sekarat, ditelan kerakusan.
Di ruang parlemen
Korupsi bersandar nyaman di kursi kekuasaan
KPK yang dulunya berdiri tegak, kini terbungkam
Di sana, demokrasi yang dulu kita jaga, terbakar api kepentingan.
Apa arti demokrasi
Jika suara rakyat tak lagi didengar?
Apa arti pembangunan
Jika manusia dilupakan, ditinggalkan di jalan-jalan yang mereka bangun?
Aku menulis bukan hanya tentang sebuah nama
Tapi tentang negeri yang hilang
Tentang bangsa yang tak lagi melihat keadilan
Yang melangkah di atas reruntuhan harapan.
Di setiap protes yang menggema
Di setiap buruh yang tertindas
Di setiap pohon yang tumbang
Ada darah kita
Ada jiwa kita yang hilang di bawah bayang-bayang kekuasaan.
Kita,
Yang dulu bermimpi tentang kebebasan
Kini terjebak di negeri yang hilang
Di bawah kekuasaan yang mengubur nurani.
Komentar
Posting Komentar