LPM Reference - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik menggelar webinar bersama Bawaslu RI dan Bawaslu Jawa Tengah pada Kamis (28/10/2021). Webinar kali ini mengusung tema “Pendidikan Pengawas Partisipatif Di Kalangan Aktivis Mahasiswa” menghadirkan Ketua Bawaslu RI, Abhan dan Anik Sholihatun dari Kadiv Pengawasan dan Hubal Bawaslu Jawa Tengah, serta Nur Syamsudin dosen Ilmu Politik FISIP UIN Walisongo. Acara ini diselenggarakan secara blended, yakni virtual melalui Zoom Meeting dan secara offline di Gedung Rektorat lantai 4.
Dalam sambutannya, Misbah Zulfa Elizabeth selaku Dekan FISIP UIN Walisongo menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kerja sama antara FISIP dengan Bawaslu. Sambutan selanjutnya datang dari Arif Budiman Wakil Rektor III UIN Walisongo menyampaikan bahwa dengan adanya kegiatan ini semoga bisa meningkatkan kerja sama yang lebih produktif. Webinar yang mengusung tema pendidikan pengawas pemilu di kalangan aktivis ini menjadi sebuah proses penanaman kepedulian terhadap pemilu.
“Pemilu di Indonesia masih terdapat distorsi, seperti money politic dan ujaran kebencian dalam masyarakat. Penyelenggaraan pemilu bukan satu-satunya otoritas penyelenggara tetapi juga memerlukan partisipasi yang bersifat kultur. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai aktivis dapat memberikan peran serta kepeduliannya untuk membangun bangsa.” Terang Arif.
Abhan, sebagai keynote speech dalam acara webinar ini. Beliau menyampaikan bahwa adanya Bawaslu menjadikan Indonesia memiliki pengawas pemilu terlengkap di dunia karena Negara lain hanya ada KPU. Bawaslu bekerja dari hulu ke hilir mengawasi dan melakukan pencegahan terjadinya distorsi yang disampaikan Arif. Jika money politic diselesaikan hukum itu tidak akan selesai, maka solusinya ialah harus membangun kultur untuk menolak dan mencegah adanya distorsi tersebut.
“Ini merupakan itihad kita bersama, harus kita benahi bersama-sama. Kalangan pemuda, mahasiswa sebagai agen jangan sampai apatis terhadap persoalan politik, semua harus peduli dengan segala proses demokrasi. Kalau ada yang menyimpang, mari kita luruskan bersama untuk bisa menjaga demokrasi dengan substansi kesejahteraan dan keadilan”. Ujar Abhan.
“Dengan latar belakang pemikiran rasional, mahasiswa menjadi pelopor untuk menghilangkan distorsi dari demokrasi. Stake holder terbaik dalam membantu Bawaslu adalah datang dari dunia kampus dengan segenap mahasiswa yang peduli akan demokrasi.” Tambahnya.
Dalam penyampaian materi webinar, Anik menyampaikan bahwa mahasiswa merupakan parlemen jalanan. Kemudian dalam momentum yang dibendung pilar edukasi, informasi, dan advokasi menjadi jalan terbaik untuk aktualisasi partisipatif pengawas.
Pemilu adalah alat, sedangkan tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat. Aktivis mahasiswa harus mampu menjadi pelopor dalam membangun substansi keadilan dalam masyarakat untuk demokrasi Indonesia. Terlebih lagi pada saat 2024 nanti yang dimana merupakan pemilu akbar, harus senantiasa dipersiapkan dari sekarang terkait agen pembangun keadilan guna menjunjung kesejahteraan.
Adapun penyampaian dari materi terakhir dari Syamsudin, dikutip dengan “demokrasi tanpa partisipasi politik adalah non sense. Karena ketika miskin partisipasi, maka miskin juga legitimasi”.
Semoga dengan hadirnya acara ini, dapat menjadi upaya baik dalam membangun pemuda yang peduli akan demokrasi.
Penulis : Aisyah Mumtaz Yusriyah
Redaktur : Ayu Nindika Parastuti
Komentar
Posting Komentar