Langsung ke konten utama

Budikdamber : Solusi Ketahanan Pangan dan Ekonomi Kreatif di Masa Pandemi

Foto budikdamber (dokumentasi pribadi)

Budidaya ikan di dalam ember atau yang kerap disebut budikdamber menjadi salah satu solusi menjaga ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19.  Sejak adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Work From Home (WFH) kegiatan anggota keluarga sepenuhnya berada di rumah, tentu saja menimbulkan tingkat kejenuhan bila melakukan pekerjaan rumah menumpuk berkelanjutan. Terlebih selama masa pandemi ini terjadi pengurangan jam kerja dan PHK secara massal menyebabkan kondisi keuangan keluarga semakin menurun. Kekhawatiran tersebut dapat disiasati dengan memunculkan ide baru kreatif untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dan sayuran melalui budikdamber. 

Dengan budikdamber masyarakatpun akan memiliki kegiatan baru dalam bercocok tanam dan memelihara ikan, tentu saja tidak sia- sia karena manfaatnya kita dapat disibukan dengan hal baru menghilangkan stress dan hasilnya dapat menambah sumber pangan keluarga. Budikdamber merupakan inovasi baru dalam ketahanan pangan dan ekonomi kreatif masyarakat di masa pandemi hal ini dikarenakan tekniknya terbilang mudah dengan peralatan yang sederhana. 

Kegiatan budikdamber ini menjadi konsep urban farming untuk mengisi waktu luang masyarakat dalam rangka menambah pasokan pangan dan keuangan keluarga. Urban farming yakni konsep tanam dengan lahan terbatas cocok diterapkan di masyarakat perkotaan dengan lahan pekarangan yang minimalis. Konsep budikdamber sangat sederhana dan tidak membutuhkan modal besar serta kolam atau ruangan menampung ikan dan sayuran yang luas. 

Media yang dibutuhkan yakni ember dengan ukuran 80 liter dengan daya tampung ikan 80 ekor. Peralatan lain yang dibutuhkan dalam budikdamber yakni gelas plastik (bisa bekas minuman), kawat, air mineral, arang, berambut (kulit padi). Kebutuhan utama yakni biji kangkung dan benih ikan lele atau nila, namun budikdamber jenis ikan nila membutuhkan keperluan lain, seperti pembuatan aerator mesin yang akan menghasilkan gelembung pernafasan untuk ikan. Apabila tidak menggunakan aerator benih ikan nila akan mudah mati per harinya. 

Konsep bercocok tanam urban farming selain memberikan dampak besar untuk kelangsungan kebutuhan ekonomi keluarga juga dapat menguatkan rasa kebersamaan dan gotong royong untuk memelihara apa yang telah diciptakan. Selain itu budikdamber layak digunakan edukasi kepada si kecil belajar bercocok tanam dan memelihara ikan, karena dengan adanya kegiatan ini dapat mengurangi tingkat kejenuhan dalam keluarga. 


Penulis: Anggita Widya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menengok Kembali Sejarah Perkembangan Gawai Dari Abad 19 Sampai Sekarang

Sumber foto: https://www.ngerangkum.com Memasuki abad ke-20 kehidupan manusia mulai disibukkan dengan berbagai macam perubahan yang terjadi secara evolusioner. Perubahan-perubahan tersebut terlihat mencolok pada aspek teknologi. Berbagai pembaruan dan kecanggihan teknologi dihadirkan dalam kehidupan manusia. Perlahan namun pasti, hadirnya teknologi mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Era saat ini juga bisa disebut dengan era digital, era di mana  aktivitas manusia bergantung pada teknologi. Lalu bagaimana bisa aktivitas manusia bergantung pada teknologi? Bahkan bisa dikatakan manusia tidak bisa lepas dari hal tersebut. Simpel sekali, sebut saja yang paling dekat dengan kehidupan manusia setiap harinya, yaitu gawai. Gawai atau nama lain dari gadget yang kemudian karena kecanggihan dan kepintarannya kita biasa menyebutnya dengan smartphone . Dari waktu ke waktu gawai telah mengalami perkembangan teknologi yang cukup signifikan. Jika dulu gawai hanya sebatas peng...

Intervensi Militer Dalam Forum Diskusi Akademik KSMW X FTPS

Gambar seorang mahasiswa yang sedang diintrogasi TNI Reference - Forum diskusi kolaborasi antara Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) dan Forum Teori dan Praktik Sosial (FTSP) didatangi intelejen, tentara, dan security. Diskusi dengan tema "Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer Bagi Kebebasan Akademik" dilaksanakan di samping Auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo Semarang, pada Senin (14/04/2025).  Forum diskusi sebagai bentuk kebebasan akademik dimasuki seseorang yang diduga intelejen, tak lama setelah diskusi dimulai.  Intelejen yang memperkenalkan diri dengan nama Ukem, tiba-tiba hadir di tengah diskusi pembahasan militer masuk ke kampus.  Ukem yang memakai kaos hitam celana panjang langsung duduk di barisan belakang.  Pemantik dari FTPS, Farhan, merasa ada sosok mencurigakan yang tiba-tiba memasuki forum diskusi. Untuk memverifikasi intelejen tersebut, Farhan mengajak masa forum untuk memperkenalkan diri dan latar belakang.  " Biar makin kenal, ...

Mic UKM-U KSMW Diduga Disabotase Pasca Ungkap Keburukan Birokrasi

LPM REFERENCE— Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas (UKM-U) Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) terjun ke Gedung Serba Guna di Kampus 3 UIN Walisongo Semarang untuk melakukan expo UKM-U (11/08/2024). KSMW menampilkan orasi yang disampaikan oleh Kamil di hadapan mahasiswa baru angkatan 2024. Dalam orasinya, Kamil mengungkapkan fakta-fakta terkait kondisi birokrasi kampus yang dinilainya buruk. "Kalian adalah sapi-sapi perah penghasil UKT," ujar Kamil dalam orasinya. Namun, sesaat setelah pernyataan tersebut, microphone yang digunakan Kamil tiba-tiba mati. Meskipun demikian, Kamil tetap melanjutkan orasinya dan kembali menjelaskan mengenai UKM-U KSMW. Ketika Kamil menyebut istilah "UIN Komersil," microphone yang digunakan kembali mati. Kejadian ini memunculkan kecurigaan di kalangan peserta, terutama karena sebelumnya UKM-U Kopma yang juga menyampaikan presentasi tidak mengalami kendala teknis apapun. Bahkan, ketika KSMW mencoba menggunakan tiga microphone yang b...