Langsung ke konten utama

Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia Tekankan Pentingnya Jurnalis Bekerja Sesuai Koridor dalam Menemukan Kebenaran Berita

Foto: Penghargaan Kepada Karya Jurnalisme Bertemakan Hak Asasi Manusia. Sumber: Instagram aji.indonesia
LpmReference.com- Dalam memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional, Selasa (10/12), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerja sama dengan berbagai organisasi seperti Kedutaan Besar Belanda, British Embassy Jakarta, Tempo Institute, dan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) mengadakan Seminar Nasional bertemakan HAM, Kemerdekaan Pers, Perlindungan dan Keselamatan Jurnalis di Indonesia. Acara diadakan di Kedutaan Besar Belanda di Jakarta Selatan.

Dalam seminar yang dibuka oleh Menteri Komunikasi & Informatika, Ketua AJI Indonesia, Abdul Manan hadir menjadi salah satu narasumber yang membahas tentang tantangan jurnalis men-cover isu HAM dan minoritas di tahun politik. Terkait dengan peran pers, menurut Abdul Manan wartawan harus selalu menyegarkan misi jurnalisme, salah satunya adalah kewajiban pertama yaitu menemukan kebenaran. Secara prinsip mudah, tapi yang sulit baginya adalah implementasi bagaimana berusaha menemukan kebenaran dalam pekerjaan liputan sehari-hari. Untuk mencapai value itu, yang bisa dilakukan oleh wartawan adalah bekerja sesuai koridor.

"Kalau kita liat pasal-pasal kode etik dan itu diterapkan oleh wartawan saya yakin bisa teguh pada misinya, yaitu menemukan kebenaran. Begini, bagaimana kita menemukan kebenaran dari sebuah kasus, contoh misalnya penyerangan massa Ahmadiyah yang tadi dibahas, yang kita lihat adalah bagaimana sebuah fakta penyerangan itu terjadi, dan apakah secara aturan itu boleh terjadi. Menurut undang-undang itu tidak boleh terjadi, karena meskipun dia (massa Ahmadiyah) sebagai warga minoritas, dia  dilindungi untuk beragama dan itu dilindungi oleh konstitusi dan Undang-undang (UU). Bisa terjadi karena ada kesalahan aparat, bisa saja aparat keamanan sudah berusaha mencegah. Tapi itu harus dijelaskan apa bukti mencegahnya." (Abdul Manan).

Menurutnya Abdul Manan, dalam menggali suatu fakta, yang bisa dilakukan jurnalis adalah verifikasi ke lapangan, bertemu dengan sumber yang tepat, dan jika ada sumber yang ingin dirahasiakan karena alasan keamanan, jurnalis harus menghormatinya. Hal-hal tersebut merupakan koridor yang disediakan oleh kode etik jurnalistik tahun 2006.

Reporter : Rizky Agus Harnanto
Redaktur : Dery mukarram

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menengok Kembali Sejarah Perkembangan Gawai Dari Abad 19 Sampai Sekarang

Sumber foto: https://www.ngerangkum.com Memasuki abad ke-20 kehidupan manusia mulai disibukkan dengan berbagai macam perubahan yang terjadi secara evolusioner. Perubahan-perubahan tersebut terlihat mencolok pada aspek teknologi. Berbagai pembaruan dan kecanggihan teknologi dihadirkan dalam kehidupan manusia. Perlahan namun pasti, hadirnya teknologi mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Era saat ini juga bisa disebut dengan era digital, era di mana  aktivitas manusia bergantung pada teknologi. Lalu bagaimana bisa aktivitas manusia bergantung pada teknologi? Bahkan bisa dikatakan manusia tidak bisa lepas dari hal tersebut. Simpel sekali, sebut saja yang paling dekat dengan kehidupan manusia setiap harinya, yaitu gawai. Gawai atau nama lain dari gadget yang kemudian karena kecanggihan dan kepintarannya kita biasa menyebutnya dengan smartphone . Dari waktu ke waktu gawai telah mengalami perkembangan teknologi yang cukup signifikan. Jika dulu gawai hanya sebatas peng...

Intervensi Militer Dalam Forum Diskusi Akademik KSMW X FTPS

Gambar seorang mahasiswa yang sedang diintrogasi TNI Reference - Forum diskusi kolaborasi antara Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) dan Forum Teori dan Praktik Sosial (FTSP) didatangi intelejen, tentara, dan security. Diskusi dengan tema "Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer Bagi Kebebasan Akademik" dilaksanakan di samping Auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo Semarang, pada Senin (14/04/2025).  Forum diskusi sebagai bentuk kebebasan akademik dimasuki seseorang yang diduga intelejen, tak lama setelah diskusi dimulai.  Intelejen yang memperkenalkan diri dengan nama Ukem, tiba-tiba hadir di tengah diskusi pembahasan militer masuk ke kampus.  Ukem yang memakai kaos hitam celana panjang langsung duduk di barisan belakang.  Pemantik dari FTPS, Farhan, merasa ada sosok mencurigakan yang tiba-tiba memasuki forum diskusi. Untuk memverifikasi intelejen tersebut, Farhan mengajak masa forum untuk memperkenalkan diri dan latar belakang.  " Biar makin kenal, ...

Mic UKM-U KSMW Diduga Disabotase Pasca Ungkap Keburukan Birokrasi

LPM REFERENCE— Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas (UKM-U) Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) terjun ke Gedung Serba Guna di Kampus 3 UIN Walisongo Semarang untuk melakukan expo UKM-U (11/08/2024). KSMW menampilkan orasi yang disampaikan oleh Kamil di hadapan mahasiswa baru angkatan 2024. Dalam orasinya, Kamil mengungkapkan fakta-fakta terkait kondisi birokrasi kampus yang dinilainya buruk. "Kalian adalah sapi-sapi perah penghasil UKT," ujar Kamil dalam orasinya. Namun, sesaat setelah pernyataan tersebut, microphone yang digunakan Kamil tiba-tiba mati. Meskipun demikian, Kamil tetap melanjutkan orasinya dan kembali menjelaskan mengenai UKM-U KSMW. Ketika Kamil menyebut istilah "UIN Komersil," microphone yang digunakan kembali mati. Kejadian ini memunculkan kecurigaan di kalangan peserta, terutama karena sebelumnya UKM-U Kopma yang juga menyampaikan presentasi tidak mengalami kendala teknis apapun. Bahkan, ketika KSMW mencoba menggunakan tiga microphone yang b...