Skip to main content

SEMA PTKIN Ajak Mahasiswa Perjuangkan Nasib UKT

Pembacaan deklarasikan SEMA PTKIN di monumen Tugu Muda Kota Semarang dalam agenda Silahturahmi Nasional  (18/09/2019)
LPMReference.com Kementerian Agama (Kemenag) dianggap tak punya hati nurani ditengah wabah Covid-19.  Senat Mahasiswa (SEMA) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) mengajak seluruh mahasiswa agar terlibat dalam perjuangan nasib Uang Kuliah Tunggal (UKT) semester ganjil, Rabu (29/04/2020).


Mandataris SEMA PTKIN Aghisna Bidikrikal Hasan menilai kebijakan Direktorat Jendral Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) plin plan dan tidak konsisten dalam membuat keputusan, Dirjen Pendis memutuskan ada pengurangan UKT, akan tetapi keputusan tersebut dicabut kembali dengan keluarnya keputusan baru.
Dia juga menilai adanya pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap kesulitan ekonomi, terlebih tidak semua orang tua atau wali mahasiswa berasal dari kalangan ekonomi mampu. Hal ini lah yang menjadi alasan untuk memperjuangkan bersama terkait pengurangan UKT.

Sejauh ini SEMA PTKIN sudah berani mengirim maklumat dan membuat pernyataan sikap, agar SEMA di lingkungan PTKIN satu suara. “SEMA PTKIN sedang proses pengajuan permohonan audensi ke Dirjen Pendis, namun belum ada tanggapan” unjar Aghisna.

Berikut pesan singkat Mandataris SEMA PTKIN Nasional:
“Kepada seluruh mahasiswa di lingkungan PTKIN (UIN/IAIN/STAIN), baik yang memperoleh golongan UKT tinggi maupun terendah, ini adalah perjuangan bersama, mari kuatkan basis untuk kepentingan mahasiswa PTKIN!
Karena work from home penghasilan sebagian wali kita menurun, karena kuliah daring UKT semester ini tidak dipakai dengan maksimal, pelayanan akademik dan fasilitas kampus tidak dapat diakses dengan baik. Kebijakan pengurangan UKT semester depan harus segera diputuskan oleh Menteri Agama, jangan langsung minimal 10%, ajak dialog dulu pihak PTKIN, baik rektor maupun mahasiswanya, biar Kemenag mengakomodir kepentingan banyak kelompok.
Ini bukan soal minta kompensasi, tapi moralitas kemanusiaan atas musibah Covid-19!”.

Reporter : Ahmad Baihaqi
Redaktur : Fuizahtun

Comments

Popular posts from this blog

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat

Kecewa UKT Mahal, MABA FISIP Gelar Unjuk Rasa di Depan WR 3

      http://www.lpmreference.com Hari terakhir PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan) menjadi momentum Mahasiswa baru (Maba) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk unjuk rasa terkait mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Realisasi Program Ma'had tepat di depan Wakil Rektor 3, Minggu 6 Agustus 2023. Aksi yang bertempat di depan Land Mark Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut di latar belakangi atas ketidakkepuasan MABA FISIP tentang UKT yang begitu mahal, UKT yang tidak tepat sasaran dan Realisasi Program Ma'had yang masih jauh dari kata memuaskan untuk para MABA. Massa Aksi membentangkan spanduk yang bertuliskan "Tolak Komersialisasi Pendidikan, Tolong Kami", "Regulasi Ma'had ugal-ugalan pelan-pelan pak Rektor". Aksi yang berlangsung pada pukul 17.20 WIB, secara kebetulan tepat berada di depan Wakil Rektor 3 yaitu  Achmad Arief Budiman dan disaksikan oleh nya secara langsung. "Mari kita kawal bersama adek-adek

Kampus UIN Walisongo disebut Anti Kritik, Begini Tanggapan Mahasiswa Baru Sosiologi 2023

      http://www.lpmreference.com Kampus UIN Walisongo Semarang disebut anti kritik, hal ini diungkapkan  mahasiswa baru Sosiologi angkatan 2023. Baru-baru ini, pada pelaksanaan hari pertama PBAK terpantau ada spanduk yang terpasang di sekitar gedung FISIP UIN Walisongo Semarang diturunkan oleh pihak kampus. Spanduk tersebut berisi kritik terhadap kebijakan kampus seperti isu UKT, isu ma'had, komersialisasi pendidikan dan sebagainya.  "Bahwa pihak kampus telah membatasi ruang kebebasan ekspresi untuk mahasiswa menyuarakan suaranya." Padahal kampus seharusnya menjadi tempat pendidikan yang merdeka bagi para Mahasiswa, " ungkap Kia Mahasiswa Baru Sosiologi 2023.  Menurut Kia, bahwa adanya sebuah kritik justru akan membuat kampus menjadi lebih baik. Bukan malah dibungkam seperti itu.  Sementara itu, Gibran, Mahasiswa baru Sosiologi 2023 mengatakan bahwa isu ma'had merupakan hal yang paling krusial dan patut kita kawal bersama-sama. Namun tidak pernah  mendapatkan pe