CULTURAL LENS (CULTURE AND LANGUAGE ENRICHMENT SYSTEM): INOVASI APLIKASI INTERAKTIF SEBAGAI PENDEKATAN DIGITAL REVOLUSIONER DALAM PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA INDONESIA
Nicole Aurelia Hendrason
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadirkan citra kemegahan dengan lebih dari 17.500 pulau yang merupakan rumah bagi lebih dari
1.300 suku (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2024). Setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri yang tercermin dalam tradisi, adat istiadat, seni, serta bahasa yang dituturkan oleh masyarakat setempat. Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek) pada tahun 2023, Indonesia tercatat memiliki lebih dari 710 bahasa daerah yang tersebar di berbagai wilayah dengan Papua sebagai provinsi dengan jumlah bahasa daerah terbanyak, yaitu 326 bahasa. Selain bahasa, kekayaan budaya Indonesia juga tercermin dalam seni tari dan musik tradisional. Indonesia memiliki lebih dari
3.00 tarian dan musik tradisional yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari 670 tari tradisional yang tercatat, 110 di antaranya telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda. Kekayaan ini tidak hanya menjadi identitas nasional, tetapi juga warisan tak ternilai yang harus dijaga dan dilestarikan.
Namun, terdapat tantangan besar yang dihadapi dalam upaya pelestarian ini. Menurut hasil survei dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), setiap dalam rentang waktu dua minggu, dunia kehilangan satu bahasa daerah dan dinyatakan punah dikarenakan tidak lagi memiliki penutur. Indonesia dengan ragam kekayaan bahasa daerahnya pun tidak luput dari ancaman ini. Data United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa 11 bahasa daerah di Indonesia telah dinyatakan punah. Lalu pada tahun 2021, sebanyak 24 bahasa daerah dilaporkan mulai mengalami kemunduran dari segi jumlah penutur, menandakan situasi yang semakin mengkhawatirkan.
Kondisi ini menuntut perhatian dan tindakan segera untuk menjaga keberlanjutan bahasa dan budaya tradisional Indonesia. Dalam konteks ini, pengembangan dan penerapan inovasi teknologi di era 5.0 menjadi esensial untukmemperkuat upaya pelestarian bahasa dan budaya Indonesia di kalangan masyarakat. Era 4.0 telah membawa perubahan besar melalui digitalisasi dan otomatisasi, memungkinkan akses yang lebih luas terhadap informasi budaya dan bahasa melalui internet dan platform digital. Namun, era 5.0 menawarkan transformasi yang lebih mendalam dengan menggabungkan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan dan Internet of Things (IoT) untuk menciptakan interaksi yang lebih manusiawi dan personal dalam pelestarian budaya. Adanya digitalisasi dan inovasi dalam pelestarian bahasa dan budaya telah menjadi langkah krusial (Putri dkk, 2018). Dengan memanfaatkan teknologi, yang merupakan hasil dari penerapan pengetahuan ilmiah terhadap mesin dan perangkat, memungkinkan terjadinya transformasi signifikan dalam cara kita melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya kita ke dunia.
Berdasarkan masalah tersebut, penulis ingin memberikan kontribusi nyata bagi keberlanjutan upaya pelestarian bahasa dan budaya di Indonesia melalui implementasi inovasi teknologi, yakni dengan sebuah gagasan yang berjudul “Cultural Lens (Culture and Language Enrichment System): Inovasi Aplikasi Interaktif sebagai Pendekatan Digital Revolusioner dalam Pelestarian Bahasa dan Budaya Indonesia”.
Cultural Lens adalah sebuah platform teknologi inovatif yang memiliki peran sentral dalam memperkuat upaya pelestarian bahasa dan budaya Indonesia. Platform ini menjembatani disparitas antara kemajuan teknologi dan keberlanjutan bahasa serta budaya daerah. Cultural Lens menghubungkan pengguna dengan kamus bahasa daerah, kekayaan budaya Indonesia, serta teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) yang memungkinkan eksplorasi situs-situs bersejarah di Indonesia dalam format 3D.
Proses yang penulis terapkan dalam perolehan ide inovatif ini mengadopsi pendekatan metode design thinking. Menurut Interaction Design Foundation (IDF), design thinking merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara dinamis untuk memahami pengguna, menantang asumsi, mendefinisikan ulang permasalahan, serta menciptakan solusi untuk permasalahan tersebut. Dalam design thinking terdapat 4 unsur karakter yang selalu melekat, yakni:
1. People-Centered, yaitu dapat mengidentifikasi masalah dan memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan user.
2. Hands-On, yaitu bagaimana caranya untuk menuangkan ide menjadi suatu produk nyata dengan kerja sama dari berbagai pihak.
3. Highly Creative, yaitu kemampuan untuk menghasilkan solusi inovatif dengan memanfaatkan beragam perspektif dan ide kreatif.
4. Interactive, yaitu selalu dimulai dengan mencari problematika sebab keinginan user selalu berubah-ubah
Sesuai yang diusulkan oleh Institut Desain Hasso-Plattner, dalam design thinking terdapat 5 tahapan, yaitu empathize, define, ideate, prototype, dan test.
A. EMPATHIZE
Saat ini, fokus utama terletak pada penggalian mendalam terhadap tingkat pelestarian bahasa dan budaya Indonesia, serta pemahaman yang komprehensif tentang tantangan yang dihadapi dalam upaya tersebut. Melalui serangkaian
interaksi langsung seperti wawancara dan observasi lapangan, penulis dapat menyerap secara langsung permasalahan, kebutuhan, dan pengalaman pengguna dari perspektif yang autentik. Metode pengamatan pengguna digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana sektor bahasa dan budaya berinteraksi dengan teknologi saat ini, sementara penelusuran literatur memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai isu-isu yang mempengaruhi sektor bahasa dan budaya daerah serta teknologi informasi terkait. Pendekatan ini memastikan bahwa Cultural Lens dirancang dan dikembangkan dengan mempertimbangkan konteks yang akurat dan kebutuhan nyata dari para pengguna.
B. DEFINE
Melalui analisis dan hasil literasi observasi mendalam, didapati bahwa pelajar dan mahasiswa sering kali mengalami kesulitan dalam mengakses sumber daya pembelajaran bahasa dan budaya daerah yang menarik, interaktif, dan mudah dipahami. Selain itu, sumber daya yang ada seringkali kurang mendukung pengembangan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan akademis dan profesional (Delfi dkk, 2021). Para guru juga menyatakan adanya tantangan dalam menemukan alat bantu inovatif yang mampu meningkatkan minat dan partisipasi siswa dalam pembelajaran budaya lokal. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman dan kesadaran siswa terhadap kekayaan budaya di Indonesia.
Budayawan dan komunitas adat juga menunjukkan kekhawatiran terhadap hilangnya bahasa dan tradisi mereka akibat modernisasi dan globalisasi. Hal ini mengacu pada terbatasnya upaya untuk mendokumentasikan serta menyebarkan pengetahuan budaya secara efektif. Kebutuhan ini semakin mendesak karena banyak bahasa daerah yang terancam punah, sementara generasi muda semakin jauh dari akar budaya mereka. Oleh karena itu, diperlukan sebuah platform yang tidak hanya mampu melestarikan, tetapi juga menghidupkan kembali bahasa dan tradisi tersebut melalui pendekatan yang lebih modern dan menarik.
Di sisi lain, wisatawan baik domestik maupun internasional menunjukkan minat besar terhadap budaya lokal saat berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia. Namun, mereka sering kali kesulitan menemukan informasi yang mendalam dan mudah diakses terkait tradisi, bahasa, maupun sejarah budaya setempat. Informasi yang tersedia seringkali bersifat permukaan, sehingga mereka tidak mendapatkan pengalaman budaya yang kaya dan autentik.
Berdasarkan insights tersebut, pengembangan Cultural Lens dirancang dengan berbagai fitur interaktif dan edukatif untuk menjawab kebutuhan dari berbagai pihak. Fitur-fitur utama yang dihadirkan meliputi pustaka bahasa, cerita rakyat Indonesia, serta teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) yang memungkinkan pengguna untuk mengeksplorasi budaya secara lebih mendalam dan imersif. Fitur pustaka bahasa memungkinkan pelajar dan masyarakat umum mempelajari bahasa daerah melalui metode interaktif yang menarik, sedangkan fitur cerita rakyat menghadirkan kisah-kisah budaya lokal yang kaya dengan nilai moral dan sejarah.
C. IDEATE
Dari permasalahan yang telah diidentifikasi, penulis merancang Cultural Lens, sebuah aplikasi mobile inovatif yang bertujuan untuk mendigitalkan dan melestarikan bahasa serta budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Aplikasi ini tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan digital interaktif, tetapi juga sebagai media yang menyatukan beragam elemen budaya seperti bahasa, cerita rakyat, musik, tarian, hingga tempat-tempat bersejarah dalam satu platform terpadu. Dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR), Cultural Lens memberikan pengalaman belajar yang mendalam, imersif, dan interaktif, memungkinkan pengguna untuk tidak hanya mempelajari, tetapi juga mengalami budaya lokal secara lebih nyata.
Salah satu keunggulan Cultural Lens adalah kemampuannya untuk mengedukasi pengguna tentang kekayaan budaya Indonesia melalui berbagai fitur
interaktif. Fitur pustaka bahasa menyediakan materi pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan, mulai dari pengenalan kosakata hingga percakapan dalam bahasa daerah, yang diharapkan dapat membantu pelestarian bahasa yang terancam punah. Fitur cerita rakyat menghadirkan legenda dan kisah tradisional dari berbagai penjuru nusantara, sehingga generasi muda dapat memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, fitur AR memungkinkan pengguna untuk menjelajahi tempat-tempat bersejarah secara virtual, sementara fitur VR menawarkan pengalaman yang lebih mendalam seperti berpartisipasi dalam ritual adat atau melihat bangunan bersejarah dari sudut pandang yang berbeda. Teknologi ini memberikan kesempatan bagi pengguna untuk terlibat secara aktif dalam eksplorasi budaya yang mungkin sulit diakses secara fisik, terutama bagi pelajar dan wisatawan.
Dengan fitur-fitur tersebut, Cultural Lens tidak hanya menjadi platform praktis yang dapat digunakan oleh pelajar, mahasiswa, dan guru dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi juga memberikan manfaat bagi wisatawan yang ingin mendalami budaya lokal. Bagi budayawan dan komunitas adat, aplikasi ini menjadi alat yang sangat berguna untuk mendokumentasikan dan menyebarluaskan budaya mereka ke audiens yang lebih luas. Melalui pendekatan ini, Cultural Lens diharapkan dapat menjadi katalisator bagi transformasi digital yang positif dalam sektor bahasa dan budaya Indonesia, serta berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa untuk generasi mendatang.
D. PROTOTYPE
Gambar 1. Logo Cultural Lens Gambar (Sumber Penulis)Gambar 2. Aplikasi Cultural Lens (Sumber Penulis) |
E. TEST
Berdasarkan tantangan nyata yakni menurunnya minat serta minimnya platform edukasi bahasa dan budaya daerah, penulis telah merumuskan solusi optimal untuk menguji aplikasi Cultural Lens sebagai upaya peningkatan pelestarian bahasa dan budaya daerah di Indonesia.
Fitur Cultural Lens dan Cara Kerjanya :
1. Pustaka Bahasa
Fitur ini berfungsi sebagai kamus interaktif yang dirancang untuk memudahkan pengguna dalam mempelajari bahasa daerah di Indonesia. Melalui Pustaka Bahasa, pengguna dapat mengakses terjemahan kata-kata dalam berbagai bahasa daerah, lengkap dengan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, fitur ini juga menyediakan audio pengucapan yang direkam oleh penutur asli, membantu pengguna memahami intonasi dan pelafalan yang benar. Antarmuka yang user-friendly memungkinkan pengguna dengan mudah mencari kata, mendengarkan pengucapannya, dan mempelajari penggunaannya dalam konteks yang tepat.
2. Cerita Indonesia
Fitur ini menampilkan koleksi cerita rakyat dan legenda dari berbagai daerah di Indonesia, yang telah diwariskan secara turun-temurun. Pengguna dapat membaca cerita-cerita ini dengan ilustrasi visual yang menarik, atau mendengarkannya dalam format audio, menjadikan pengalaman belajar lebih hidup dan menyenangkan. Fitur Cerita Indonesia berperan penting dalam melestarikan tradisi lisan nusantara, dengan tujuan untuk menghidupkan kembali kisah-kisah yang kaya akan nilai moral dan sejarah, serta memperkenalkan generasi muda pada keragaman budaya Indonesia. 3. Pesona Irama
Pesona Irama adalah koleksi musik tradisional Indonesia yang memungkinkan pengguna menikmati serta mempelajari kekayaan musik dari berbagai daerah. Fitur ini menyajikan rekaman audio dari alat musik tradisional, nyanyian rakyat, serta jenis musik lainnya yang khas dari berbagai budaya di Indonesia. Dengan fitur ini, pengguna dapat menjelajahi ragam harmoni musik nusantara dan memahami bagaimana musik tradisional mencerminkan identitas dan kehidupan masyarakat adat.
4. Jelajah Indonesia: Virtual Reality dan Augmented Reality
Fitur ini memberikan pengalaman eksplorasi budaya yang imersif melalui teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR). Dengan menggunakan VR, pengguna dapat menjelajahi tempat-tempat bersejarah di Indonesia dalam bentuk 3D, seolah-olah mereka berada langsung di lokasi tersebut. Fitur ini menciptakan pengalaman visual yang realistis, mulai dari bangunan-bangunan bersejarah hingga pemandangan alam yang ikonik. Di sisi lain, teknologi AR memungkinkan pengguna
untuk melihat artefak budaya, benda seni, dan karya-karya bersejarah dalam bentuk 3D melalui layar perangkat mereka.
Flowchart Cara Kerja Cultural Lens :
Gambar 3. Flowchart atau Diagram Alir Cultural Lens (Sumber: Penulis) |
Comments
Post a Comment