Nada Aprilia Putri
“Pangan adalah urusan hidup dan mati”. Kutipan tersebut diucapkan oleh Presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno. Pangan merupakan kebutuhan pokok dan paling mendasar bagi semua orang. Kebutuhan yang harus selalu terpenuhi setiap saat karena menghasilkan energi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Jika kesehatan pangan tidak terpenuhi maka kemungkinan besar akan timbul penyakit dalam diri kita karena pola makan yang tidak sehat, bahan makanan yang tidak bergizi, dan tingginya konsumsi gula dalam kehidupan sehari-hari.
Belakangan ini, marak terjadinya tindakan cuci darah pada remaja dan anak- anak di bawah umur ramai diperbincangkan di sosial media. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan konsumsi anak-anak dan remaja yang tidak sehat dan terlalu sering mengonsumsi makanan instan. Salah satu sebab melonjaknya kasus cuci darah pada anak-anak di bawah umur adalah konsumsi gula dalam makanan atau minuman sehari-hari yang berlebihan. Hal ini dapat dibuktikan dengan pola makan remaja dan anak-anak zaman sekarang yang cenderung mengonsumsi minuman manis seperti minuman instan dengan bubble dan snack instan lainnya yang mengandung banyak gula dan pengawet. Penyebab tertariknya remaja untuk membeli santapan siap saji sebab ia sangat mementingkan cita rasa daripada wujud penyajiannya “Jadi selama rasa santapan siap saji itu lezat dan sesuai selera ya saya membelinya” (Harianto, dkk 2022).
Di zaman era globalisasi ini kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji kian dinormalisasikan. Hal ini dibuktikan dengan stigma mayoritas remaja-remaja yang menganggap makanan sehat adalah makanan diet, serta gaya hidup yang makin membuat mereka untuk membeli makanan-makanan dari restoran cepat saji.
Menurut WHO masyarakat Indonesia masih memiliki persentase yang rendah untuk konsumsi buah pada tahun 2020 dengan rata-rata 88,56 gram/kapita/hari atau 59,04% dari minimal batas konsumsi buah yang sebesar 150 gram/kapita/hari (Dewa, dkk 2022).
Bila dibiarkan masalah ini membuat status gizi masyarakat Indonesia semakin rendah. Kebiasaan para remaja dan anak-anak ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Perlu ada inovasi dan eksplorasi pangan yang dapat mewujudkan ketahanan pangan yang sehat bagi masyarakat. Pangan lokal dapat dieksplorasi dengan cara inovatif dengan cara memanfaatkan sayur bayam. Bayam memiliki beberapa kandungan seperti vitamin A, B, C, serta mineral seperti kalsium, zat besi, dan fosfor (Amelia, dkk 2024). Saat ini masyarakat mulai sadar akan munculnya produk-produk inovatif yang terbuat dari bahan alami di saat zaman yang silih berganti sesuai perkembangan budaya manusia yang mengakibatkan perubahan gaya hidup (Cici dkk, 2024). Penulis memiliki upaya dengan memanfaatkan sayur bayam yang memiliki harga terjangkau untuk dijadikan inovasi produk makanan sehat termasuk ke dalam diversifikasi pangan.
Bayam hijau merupakan tumbuhan hijau yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia. Varietas bayam hijau memiliki produktivitas dan tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan bayam merah (Ritonga, 2021). Berdasar hasil survei Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2023 hasil produksi bayam mencapai 170.688 ton (BPS, 2023). Dimana hal ini menunjukkan bahwa produksi bayam yang banyak dapat kita olah menjadi produk yang kreatif dan inovatif. Selain terjangkau dan mudah didapatkan daun bayam juga direkomendasikan untuk mengatasi anemia. Bayam hijau memiliki kandungan zat besi lebih tinggi yaitu 3,5mg zat besi per 100 gram dibandingkan sayuran lain seperti buncis, kangkung, dan wortel (Dewayanti, 2023). Selama ini ketertarikan daun bayam pada remaja dan anak-anak masih sedikit. Sehingga kurangnya asupan sayuran hijau tiap tahun makin sedikit dikonsumsi oleh para remaja dan anak-anak. Padahal apabila diolah dengan kreatif dan inovatif, cita rasa daun bayam tidak kalah lezat dengan makanan-makanan instan kekinian yang sering dikonsumsi remaja, dan tentunya memiliki gizi yang lebih baik.
Selain daun bayam, salah satu bahan pangan yang mengandung banyak manfaat adalah pisang. Selain rasanya yang lezat, ternyata pisang mengandung kalium yang dapat menurunkan tekanan darah (Nissa, dkk 2023). Selain itu, senyawa fitokimia seperti sterol dan pektin dapat menghambat produksi kolesterol dalam tubuh serta adanya kandungan serat larut yang dapat mengurangi penyerapan kolesterol jahat (LDL) dalam saluran pencernaan (Pratama, 2023).
Kebanyakan masyarakat masih terbatas dalam cara mengelola pisang menjadi makanan olahan dengan cara dikukus, direbus, atau digoreng. Hal ini mengakibatkan daya tahan pisang cukup rendah akibat pengolahannya yang sebatas satu proses saja. Padahal jika diolah dengan tahapan yang baik dan benar, pisang berpotensi menjadi pangan sehat inovatif yang memiliki daya tahan cukup lama. Biskuit merupakan salah satu camilan yang digemari anak-anak. Biskuit merupakan sejenis makanan yang berbahan pokok tepung terigu dengan penambahan bahan lain, dengan proses pencetakan dan pemanasan (Rustamaji, 2021). Biskuit merupakan camilan sering dikonsumsi oleh anak-anak karena rasa dan teksturnya yang cocok untuk anak-anak, dan tak jarang karena bentuk dan warnanya yang beragam yang membuat mereka tertarik mengonsumsi biskuit.
Dengan mengetahui fakta tersebut penulis berinovasi untuk menambahkan bayam dan pisang sebagai bahan dasar dalam pembuatan biskuit. Tujuannya untuk meningkatkan kreativitas dalam pengolahan bayam dan pisang yang biasanya hanya diolah dalam bentuk direbus atau digoreng menjadi produk pangan yag memiliki daya tahan lama dan bercita rasa tinggi. Selain itu, dengan memanfaatkan bayam sebagai olahan biskuit penulis telah membantu anak-anak dan remaja yang tidak mau mengonsumsi sayur karena memberi nilai tambah dari bayam menjadi olahan pangan kreatif yang digemari oleh remaja dan anak-anak. Adapun langkah- langkah pengolahan bayam dan pisang sebagai bahan dasar BAYANG COOKIES (Bayam Pisang Cookies) adalah sebagai berikut:
|
Gambar 01. Proses
pembuatan BAYANG COOKIES (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
1. Siapkan bayam, 1 butir telur, 1 buah pisang cavendish, tepung terigu rendah gluten.
2. Pisahkan daun bayam dengan batangnya.
3. Cuci bersih daun bayam
4. Rebus daun bayam sampai air berwarna kekuningan untuk menghilangkan asam oksalat, lalu tiriskan.
5. Campur daun bayam yang sudah direbus dengan pisang, 1butir telur, 30gram tepung terigu rendah gluten dan beri gula pasir secukupnya.
6. Haluskan menggunakan blender selama 2 menit.
7. Masukkan adonan ke dalam plastik.
8. Bentuk bulat-bulat di teflon tanpa minyak menggunakan api kecil, dan tambahkan keju parut di atasnya.
9. Tutup dan diamkan selama 3 menit.
10. Angkat dari teflon kemudian BAYANG COOKIES siap dihidangkan
|
Gambar 02. Tampilan Kemasan BAYANG COOKIES (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
|
Gambar 03. Pemenuhan Aspek Ketahanan Pangan Pada Produk BAYANG COOKIES (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Berdasarkan gambar tersebut produk BAYANG COOKIES memenuhi seluruh aspek ketahanan pangan menurut UU No. 18 Tahun 2012. Aspek tersebut seperti: Tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, bergizi, aman, beragam, terjangkau, merata, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat. Penggunaan bayam dan pisang memenuhi seluruh aspek ketahanan pangan menurut UU No. 18 Tahun 2012. Terpenuhinya seluruh aspek tersebut dapat menunjukkan bahwa produk BAYANG COOKIES dapat menjadi alternatif camilan inovatif yang bergizi dan sesuai dengan ketertarikan masyarakat.
BAYANG COOKIES merupakan produk yang memiliki manfaat baik bagi kesehatan serta menambah daya tarik remaja dan anak-anak untuk mengonsumsi sayur dengan cara kreatif. Penggunaan bayam dan pisang sebagai bahan dasar BAYANG COOKIES juga dapat mengurangi risiko gagal ginjal dan penyakit lainnya yang disebabkan oleh konsumsi makanan sembarangan oleh remaja dan anak-anak.
Jika dibandingkan dengan produk cookies lainnya, BAYANG COOKIES memiliki keunggulan pada beberapa aspek berikut:
|
Gambar 04. Analisis Kompetitor Produk BAYANG COOKIES dengan COOKIES KEMASAN (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
BAYANG COOKIES (Bayam Pisang Cookies) telah menjadi produk pangan yang diperkenalkan kepada 15 orang konsumen yang berada di Kota Depok dan dipilih secara acak untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap bau, rasa, dan tekstur dari BAYANG COOKIES.
Selanjutnya penulis melakukan analisis untuk mengetahui kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) produk BAYANG COOKIES. Analisis SWOT bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dimiliki produk BAYANG COOKIES. Sehingga kelemahan dan ancaman produk dapat diantisipasi dan diatasi.
Adapun analisis SWOT pada produk BAYANG COOKIES sebagai berikut:
(1) kekuatan (strengths) produk BAYANG COOKIES yaitu: menggunakan bahan dasar alami tanpa pengawet yang kaya akan gizi dan protein bagi tubuh. (2) Kelemahan (weakness) yang dimiliki BAYANG COOKIES: daya tahan tidak setahan lama produk cookies kemasan karena tidak menggunakan bahan pengawet.
(3) Peluang (opportunities) yang dimiliki produk BAYANG COOKIES yaitu: dapat diterima oleh berbagai masyarakat karena rasanya yang lezat dan unik karena terbuat dari bahan alami. (4) Ancaman (threats) produk BAYANG COOKIES yaitu: produk mudah ditiru namun hal ini dapat diatasi dengan memberikan label produk pada kemasan sehingga dapat menjadi identitas produk.
Bersumber pada pemaparan terpaut produk BAYANG COOKIES dapat ditarik kesimpulan bahwa (1)BAYANG COOKIES terbuat dengan beberapa tahapan mulai dari persiapan bahan, pencucian daun bayam, perebusan daun bayam, pencampuran bayam dengan bahan lainnya, pemasakan adonan, hingga BAYANG COOKIES siap disantap. (2) BAYANG COOKIES memenuhi segala aspek ketahanan pangan bagi UU Nomor 18 Tahun 2012 sehingga dapat menjadi produk yang menunjang terciptanya ketahanan pangan Indonesia. (3) Bersumber pada analisis kompetitor dengan produk cookies kemasan dinyatakan bahwa produk BAYANG COOKIES mempunyai keunggulan pada aspek nilai gizi , bahan baku utama dari bahan alami , serta dalam proses pembuatannya tidak memakai bahan pengawet dan pewarna buatan. (4) Bersumber dari hasil analisis SWOT produk BAYANG COOKIES memiliki empat kekuatan seperti: menggunakan bahan alami sebagai bahan dasar, tidak menggunakan bahan pengawet, memiliki kandungan gizi dan nutrisi yang baik bagi tubuh, serta mudah diterima oleh masyarakat karena rasanya yang lezat dan unik karena berbahan dasar sayur dan buah yang membuat antusiasme konsumsi sayur pada remaja dan anak-anak dapat meningkat.
Dengan hadirnya produk BAYANG COOKIES besar harapannya dapat mendorong semangat masyarakat terutama remaja dan anak-anak untuk mengonsumsi sayur dan makanan bergizi melalui makanan sehat inovatif, serta menumbuhkan pemikiran bahwa makanan sehat juga bisa lezat dan tidak selalu hambar. Sehingga dengan kondisi gizi dan nutrisi yang baik, maka dapat
meminimalisir tindakan cuci darah dan timbulnya penyakit-penyakit lain pada remaja dan anak-anak akibat konsumsi makanan yang tidak sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, R., Berliana, Y., & Sijabat, O. S. (2024). Uji Kandungan Vitamin C Dengan Media Tanam Berbeda Serta Pengaruh Paranet Terhadap Warna Hijau Daun Pada Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus tricolor L.). JAGROS: Jurnal Agroteknologi dan Sains (Journal of Agrotechnology Science), 7(2), 108-117.
Dewayanti, N. K. (2023). Studi Pembuatan Nastar Substitusi Tepung Bayam Hijau Sebagai Selingan Sumber Zat Besi Untuk Remaja Putri Anemia (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Jember).
Ginting, C. D., Zakiah, S., & Gusnadi, D. (2024). Inovasi Puding Sponge Cake Berbasis Daun Bayam Hijau. Jurnal Pengolahan Pangan, 9(1), 24-28.
Harianto, S. (2022). Konsumerisme Makanan Siap Saji Sebagai Gaya Hidup Remaja di Kota Surabaya: Studi Kasus Siswi SMA Muhammadiyah 4 Kota Surabaya. Jurnal Analisa Sosiologi, 11(1).
Nissa, K., Alza, Y., & Roziana, R. (2023). Cookies Kacang Hijau Substitusi Tepung Pisang Ambon Sebagai Camilan Pada Atlet: Uji Kadar Kalium dan Tingkat Kesukaan. Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan, 7(1), 83-92.
Pratama, K. R. (2023). Manfaat Pisang (Musa paradisiaca) Dalam Upaya Menurunkan Kadar Kolesterol Darah. Pedago Biologi: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi, 11(2).
Rasmi, D. A. C., & Sedijani, P. (2022). Penyuluhan Tentang Pentingnya Konsumsi Buah untuk Menjaga Imunitas Tubuh. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 5(4), 6-11.
Ritonga, A. W., Rosyid, M. S. A., Anderson, A., Chozin, M. A., & Purwono, P. (2021). Perbedaan Pertumbuhan dan Produktivitas Varietas Bayam Hijau dan Bayam Merah. Jurnal Agro, 8(2), 287-298.
Rustamaji, G. A. S., & Ismawati, R. (2021). Daya Terima dan Kandungan Gizi Biskuit Daun Kelor Sebagai Alternatif Makanan Selingan Balita Stunting. GIZI UNESA, 1(1), 31-37.
Comments
Post a Comment