Skip to main content

Kegiatan Survey Mawas Diri (SMD) di Lingkungan Pesantren

LPM Reference-Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan PRA-SMD kegiatan pesantren sehat yang diselenggarakan PBNU, yang bertempat di Pondok Pesantren Life Skill Darun Najah, maka dilaksanakan Survey Mawas Diri (SMD) untuk dapat menentukan 3 prioritas masalah yang ada di Pondok Pesantren Nurul Hidayah. Kegiatan ini dilakasanakan pada hari Kamis 23 September 2021 pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 bertempat di Aula Pondok Pesantren Nurul Hidayah. Acara SMD dihadiri oleh Tim Puskesmas Tlogosari Wetan, Pengasuh Pondok, Ormas, serta kader dan seluruh Santri. (Rabu, 1/12/2021)

Survei Mawas Diri (SMD) adalah kegiatan untuk mengenali keadaan dan masalah yang dihadapi santri, serta untuk mengetahui terkait potensi yang dimiliki oleh santri dalam mengatasi masalah tersebut. SMD merupakan awal dari perencanaan pembangunan dalam bidang kesehatan. Beberapa materi yang disampaikan dalam acara tersebut meliputi deteksi dini Tuberkolusis (TB) serta para santri juga diberikan penyuluhan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti selalu menggunakan masker untuk mengurangi penyebaran virus COVID – 19 dan Tuberkulosis. 

Hasil survei dari acara SMD merupakan gambaran pesantren yang meliputi tentang gambaran pesantren dan lingkungannya yang nantinya akan dibawa dalam forum Musyawarah Masyarakat Pesantren (MMP) untuk dibahas lebih lanjut. Gambaran tersebut menunjukkan beberapa masalah kesehatan, termasuk didalamnya penyebab dan faktor yang memengaruhi serta terdapat daftar potensi pesantren yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah – masalah kesehatan yang ada di pesantren. “Sebenarnya di pesantren-pesantren itu harus ada kadernya, baik itu kader kesehatan lingkungan, kader TBC, kader gizi, itu sangat penting,” ucap Asri.

Penulis : Al-Hadad

Redaktur : Ayu Nindika Parastuti 


Comments

Popular posts from this blog

Kecewa UKT Mahal, MABA FISIP Gelar Unjuk Rasa di Depan WR 3

      http://www.lpmreference.com Hari terakhir PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan) menjadi momentum Mahasiswa baru (Maba) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk unjuk rasa terkait mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Realisasi Program Ma'had tepat di depan Wakil Rektor 3, Minggu 6 Agustus 2023. Aksi yang bertempat di depan Land Mark Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut di latar belakangi atas ketidakkepuasan MABA FISIP tentang UKT yang begitu mahal, UKT yang tidak tepat sasaran dan Realisasi Program Ma'had yang masih jauh dari kata memuaskan untuk para MABA. Massa Aksi membentangkan spanduk yang bertuliskan "Tolak Komersialisasi Pendidikan, Tolong Kami", "Regulasi Ma'had ugal-ugalan pelan-pelan pak Rektor". Aksi yang berlangsung pada pukul 17.20 WIB, secara kebetulan tepat berada di depan Wakil Rektor 3 yaitu  Achmad Arief Budiman dan disaksikan oleh nya secara langsung. "Mari kita kawal bersama adek-adek

Kampus UIN Walisongo disebut Anti Kritik, Begini Tanggapan Mahasiswa Baru Sosiologi 2023

      http://www.lpmreference.com Kampus UIN Walisongo Semarang disebut anti kritik, hal ini diungkapkan  mahasiswa baru Sosiologi angkatan 2023. Baru-baru ini, pada pelaksanaan hari pertama PBAK terpantau ada spanduk yang terpasang di sekitar gedung FISIP UIN Walisongo Semarang diturunkan oleh pihak kampus. Spanduk tersebut berisi kritik terhadap kebijakan kampus seperti isu UKT, isu ma'had, komersialisasi pendidikan dan sebagainya.  "Bahwa pihak kampus telah membatasi ruang kebebasan ekspresi untuk mahasiswa menyuarakan suaranya." Padahal kampus seharusnya menjadi tempat pendidikan yang merdeka bagi para Mahasiswa, " ungkap Kia Mahasiswa Baru Sosiologi 2023.  Menurut Kia, bahwa adanya sebuah kritik justru akan membuat kampus menjadi lebih baik. Bukan malah dibungkam seperti itu.  Sementara itu, Gibran, Mahasiswa baru Sosiologi 2023 mengatakan bahwa isu ma'had merupakan hal yang paling krusial dan patut kita kawal bersama-sama. Namun tidak pernah  mendapatkan pe

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat