Skip to main content

Fenomena Pulung Gantung di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta

https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrwJTS2wxlho3kAgT9.HYpQ;_ylu=c2VjA2ZwLWF0dHJpYgRzbGsDcnVybA--/RV=2/RE=1629107254/RO=11/RU=https%3a%2f%2fwww.merdeka.com%2fjateng%2fperkuat-mitos-pulung-gantung-ini-sederet-kisah-warga-bunuh-diri-di-gunungkidul.html/RK=2/RS=o7bBehB5C.KQ49Jx0XZKdswSX3k-
Gunung Kidul merupakan sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah ini sangat kental sekali dengan fenomena mistis salah satunya adalah fenomena pulung gantung. Fenomena ini merupakan sebuah mitos yang sangat eksis di daerah tersebut.

Pulung gantung sendiri digambarkan seperti sebuah benda misterius berbentuk bola api yang berpijar berwarna merah kekuningan dan memiliki ekor atau buntut. Benda ini terlihat melayang di atas sebuah rumah warga, maka salah seorang penghuninya dalam waktu dekat akan melaksanakan ritual bunuh diri. Tak ada yang tahu pasti apakah Pulung Gantung ini merupakan sebuah benda atau sosok makhluk, sebab ia tampak seperti sebuah benda namun juga terlihat hidup berkat kobaran apinya yang berkilat-kilat serta sesekali meredup padam dan membara ganas. Satu hal yang pasti, penampakkan Pulung Gantung ini menjadi isyarat kuat akan adanya warga setempat yang akan melakukan bunuh diri.

Menurut cerita yang berkembang, akan ada orang yang melakukan gantung diri tepat di mana arah pulung gantung itu jatuh dan merasuki jiwa yang kosong. Apabila Pulung Gantung terbang ke arah selatan dan tepat jatuh di salah satu rumah warga desa di sana, masyarakat meyakini tidak lama akan ada berita yang gantung diri. Sesungguhnya, Pulung Gantung hanyalah sebuah cerita orang zaman dulu yang masih berkembang dari mulut ke mulut. Faktanya masyarakat masa kini belum pernah ada yang melihat wujud Pulung Gantung secara langsung.

Mitos Pulung gantung sendiri merupakan bentukan dari seluruh masyarakat yang cenderung berfikir statis atau tradisional. Persepsi mengenai pulung gantung yang sering dikaitkan dengan kasus bunuh diri pada sebagian masyarakat Gunung Kidul menggambarkan kepercayaan, nilai dan norma kolektif masyarakat Gunung Kidul. Persepsi tersebut mendorong anggota masyarakat lainnya untuk menyesuaikan pada klaim atau persepsi yang telah dibangun secara kolektif dalam masyarakat.

Beberapa beranggapan bahwa dengan memitoskan pulung gantung merupakan ciri dari sebuah cara lari dari tanggung jawab sosial. Pengembangan mitos pulung gantung berdampak buruk terhadap proses penyelesaian masalah bunuh diri di Gunung Kidul. Hal tersebut mendorong masyarakat menjadi lari dari kenyataan dan mengakibatkan masyarakat memandang kasus bunuh diri secara mistis serta mencoba melakukan penyelesaian dengan cara mistis pula. Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang multikultural, khsusnya di Gunungkidul yang terkenal dengan luhurnya budaya, penyelesaian persoalan secara mistis masih bisa diterima. Namun, persoalannya adalah penyelesaian dengan cara mistis menjadi lebih mengemuka sehingga mengabaikan cara lain yang lebih rasional seperti melalui perbaikan pendidikan, ekonomi, hubungan sosial, dan kesehatan.

Penulis : Kiki Yuli Rosita 

Redaktur : Ayu Nindika Parastuti 

Comments

Popular posts from this blog

Menengok Kembali Sejarah Perkembangan Gawai Dari Abad 19 Sampai Sekarang

Sumber foto: https://www.ngerangkum.com Memasuki abad ke-20 kehidupan manusia mulai disibukkan dengan berbagai macam perubahan yang terjadi secara evolusioner. Perubahan-perubahan tersebut terlihat mencolok pada aspek teknologi. Berbagai pembaruan dan kecanggihan teknologi dihadirkan dalam kehidupan manusia. Perlahan namun pasti, hadirnya teknologi mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Era saat ini juga bisa disebut dengan era digital, era di mana  aktivitas manusia bergantung pada teknologi. Lalu bagaimana bisa aktivitas manusia bergantung pada teknologi? Bahkan bisa dikatakan manusia tidak bisa lepas dari hal tersebut. Simpel sekali, sebut saja yang paling dekat dengan kehidupan manusia setiap harinya, yaitu gawai. Gawai atau nama lain dari gadget yang kemudian karena kecanggihan dan kepintarannya kita biasa menyebutnya dengan smartphone . Dari waktu ke waktu gawai telah mengalami perkembangan teknologi yang cukup signifikan. Jika dulu gawai hanya sebatas pengguna

Mic UKM-U KSMW Diduga Disabotase Pasca Ungkap Keburukan Birokrasi

LPM REFERENCE— Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas (UKM-U) Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) terjun ke Gedung Serba Guna di Kampus 3 UIN Walisongo Semarang untuk melakukan expo UKM-U (11/08/2024). KSMW menampilkan orasi yang disampaikan oleh Kamil di hadapan mahasiswa baru angkatan 2024. Dalam orasinya, Kamil mengungkapkan fakta-fakta terkait kondisi birokrasi kampus yang dinilainya buruk. "Kalian adalah sapi-sapi perah penghasil UKT," ujar Kamil dalam orasinya. Namun, sesaat setelah pernyataan tersebut, microphone yang digunakan Kamil tiba-tiba mati. Meskipun demikian, Kamil tetap melanjutkan orasinya dan kembali menjelaskan mengenai UKM-U KSMW. Ketika Kamil menyebut istilah "UIN Komersil," microphone yang digunakan kembali mati. Kejadian ini memunculkan kecurigaan di kalangan peserta, terutama karena sebelumnya UKM-U Kopma yang juga menyampaikan presentasi tidak mengalami kendala teknis apapun. Bahkan, ketika KSMW mencoba menggunakan tiga microphone yang b

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat