Skip to main content

Demontrasi Tolak UU Cipta Kerja Di Semarang, Beberapa Mahasiswa Ditahan oleh Polisi

Foto: Beberapa Mahasiswa yang ditahan oleh Polisi

LPMReference.com, 
Pengesahan RUU Cipta Kerja (Omnibus law) yang dinilai terlalu kejar tayang beberapa hari lalu, mendapatkan banyak penolakan dari berbagai elemen masyarakat tidak terkecuali masyarakat. Hal itu terjadi karena keberadaan Omnibus law dinilai merugikan masyarakat dan menguntungkan investor. Mahasiswa dari berbagai daerah di Semarang berkumpul menuju gubernuran yang berada di Jalan Pahlawan. Namun disayangkan dalam proses yang berlangsung beberapa mahasiswa diamankan polisi dalam arti ditahan, karena dianggap seebagai provokator, Kamis (8/10/2020).

Aksi demo yang dilakukan mahasiswa datang dari berbagai Universitas di daerah Semarang seperti, UNNES, UIN, UNISULA, UNDIP, UDINUS. Aksi demo tersebut di latar belakangi tentang penolakan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja yang telah disahkan oleh DPR pada 5 Oktober 2020. Mahasiswa serempak menuju gedung gubernuran untuk menyeruakan aspirasinya, terllihat mahasiswa dari berbagai universitas mulai berdatangan sekitar jam 09.00 WIB hingga beres seebelum ashar.

Di depan gedung gubernuran demonstrasi berjalan tertib tanpa ada huru-hara. Namun, disayangkan beberapa kawan mahasiswa dan jurnalis mahasiswa, ditahan polisi dengan alasan sebagai provokator. Adapun dari data sementara, jumlah mahasiswa yang tertahan polisi yaitu :

Mahasiswa UNNES

1.      Khamim

2.      Aldifahrur

3.      Ali habib

4.      Hakim azizi

5.      Adibsaifin

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

1.      Yusuf

2.      Baedhowi

3.      Rahmadhan Budiarta

6.      Noval sebatian

Mahasiswa UNWAHAS

1.      Ainul Yakin

2.      M. Kuntoro

3.      Rifki

4.      Anam

Mahasiswa UDINUS

1.      Dian Asqor


PPewarta   : Chikmah

RRedaktur : Amatul Noor


sd

Comments

Popular posts from this blog

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat

Kecewa UKT Mahal, MABA FISIP Gelar Unjuk Rasa di Depan WR 3

      http://www.lpmreference.com Hari terakhir PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan) menjadi momentum Mahasiswa baru (Maba) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk unjuk rasa terkait mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Realisasi Program Ma'had tepat di depan Wakil Rektor 3, Minggu 6 Agustus 2023. Aksi yang bertempat di depan Land Mark Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut di latar belakangi atas ketidakkepuasan MABA FISIP tentang UKT yang begitu mahal, UKT yang tidak tepat sasaran dan Realisasi Program Ma'had yang masih jauh dari kata memuaskan untuk para MABA. Massa Aksi membentangkan spanduk yang bertuliskan "Tolak Komersialisasi Pendidikan, Tolong Kami", "Regulasi Ma'had ugal-ugalan pelan-pelan pak Rektor". Aksi yang berlangsung pada pukul 17.20 WIB, secara kebetulan tepat berada di depan Wakil Rektor 3 yaitu  Achmad Arief Budiman dan disaksikan oleh nya secara langsung. "Mari kita kawal bersama adek-adek

Kampus UIN Walisongo disebut Anti Kritik, Begini Tanggapan Mahasiswa Baru Sosiologi 2023

      http://www.lpmreference.com Kampus UIN Walisongo Semarang disebut anti kritik, hal ini diungkapkan  mahasiswa baru Sosiologi angkatan 2023. Baru-baru ini, pada pelaksanaan hari pertama PBAK terpantau ada spanduk yang terpasang di sekitar gedung FISIP UIN Walisongo Semarang diturunkan oleh pihak kampus. Spanduk tersebut berisi kritik terhadap kebijakan kampus seperti isu UKT, isu ma'had, komersialisasi pendidikan dan sebagainya.  "Bahwa pihak kampus telah membatasi ruang kebebasan ekspresi untuk mahasiswa menyuarakan suaranya." Padahal kampus seharusnya menjadi tempat pendidikan yang merdeka bagi para Mahasiswa, " ungkap Kia Mahasiswa Baru Sosiologi 2023.  Menurut Kia, bahwa adanya sebuah kritik justru akan membuat kampus menjadi lebih baik. Bukan malah dibungkam seperti itu.  Sementara itu, Gibran, Mahasiswa baru Sosiologi 2023 mengatakan bahwa isu ma'had merupakan hal yang paling krusial dan patut kita kawal bersama-sama. Namun tidak pernah  mendapatkan pe