Skip to main content

Diskusi Bahas UKT Rakyat, Rasa Konglomerat



LpmReference.com. Uang kuliah Tunggal atau yang biasa dikenal dengan UKT. Akhir-akhir ini menjadi perbincangan di kalangan civitas akademik tak terkecuali di Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. UKT yang dirasa tinggi dan terlihatnya berbagai penolakan terhadap UKT dengan beredarnya berbagai banner ataupun baliho tentang penolakan UKT yang tinggi. Menjadi pemantik sebuah diskusi yang berjudul : Kampus rakyat, UKT konglomerat, “Bedah UKT fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik” yang diangkat sebagai tema diskusi Publik kali ini (30/08).

Diskusi yang diadakan oleh gabungan beberapa oraganisasi Mahasiswa intra kampus dan organisasi ekstra kampus ini, memliki tujuan untuk memberikan pemahaman terkait apa itu UKT sebenarnya. Diskusi dilaksanakan pada sore hari, di samping gedung Fakultas psikologi dan kesehatan (FPK). Pemantik yang dihadirkan yakni Agishna Bidikri hasan selaku ketua Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U) dan Ahmad Bayhaqie selaku Senat Mahasiswa Fakutas (SEMA-F) FISIP UIN Walisongo.

Dalam diskusi tersebut, Ahmad Bayhaqie meyampaikan bagaimana regulasi, Pembentukan  dan sistematika UKT.  Serta golongan-golongan yang menjadikan Mahasiswa berada dalam golongan tersebut. Sedangkan Agishna menjelaskan tentang Pembentukan UKT sebagaimana yang diatur dalam UU No.12 tahun 2012, serta berkaitan Data yang ditemukan di lapangan dan menjawab isu-isu yang berkembang terkait UKT ini.

“Cukup jarang untuk pembahasan mengenai UKT itu sendiri. Saya sangat berbangga hati, ketika teman-teman mahasiswa mulai berinisiatif untuk memulai diskusi,” tutur SEMA F ini.
“Harapannya ada diskusi berkelanjutan tak hanya disini, namun juga di fakultas-fakulatas yang lain dapat melakukan hal yang serupa”, tambahnya.

Sementara menurut peserta (yang tidak mau disebut namanya) yang menghadiri diksusi ini mengatakan ”Keberadaan Diskusi seperti ini layak dinantikan. Karena Beban UKT yang dirasa tinggi, dan bagaimana mendapat solusi serta pemahaman mengenai UKT  itu sendiri. Harapannya, semoga diskusi seperti ini dapat terus digalakkan dan diberdayakan.”    

Reporter : Dery Mukarram
Redaktur : Amatul Noor  

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kecewa UKT Mahal, MABA FISIP Gelar Unjuk Rasa di Depan WR 3

      http://www.lpmreference.com Hari terakhir PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan) menjadi momentum Mahasiswa baru (Maba) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk unjuk rasa terkait mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Realisasi Program Ma'had tepat di depan Wakil Rektor 3, Minggu 6 Agustus 2023. Aksi yang bertempat di depan Land Mark Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut di latar belakangi atas ketidakkepuasan MABA FISIP tentang UKT yang begitu mahal, UKT yang tidak tepat sasaran dan Realisasi Program Ma'had yang masih jauh dari kata memuaskan untuk para MABA. Massa Aksi membentangkan spanduk yang bertuliskan "Tolak Komersialisasi Pendidikan, Tolong Kami", "Regulasi Ma'had ugal-ugalan pelan-pelan pak Rektor". Aksi yang berlangsung pada pukul 17.20 WIB, secara kebetulan tepat berada di depan Wakil Rektor 3 yaitu  Achmad Arief Budiman dan disaksikan oleh nya secara langsung. "Mari kita kawal bersama adek-adek

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat

Kampus UIN Walisongo disebut Anti Kritik, Begini Tanggapan Mahasiswa Baru Sosiologi 2023

      http://www.lpmreference.com Kampus UIN Walisongo Semarang disebut anti kritik, hal ini diungkapkan  mahasiswa baru Sosiologi angkatan 2023. Baru-baru ini, pada pelaksanaan hari pertama PBAK terpantau ada spanduk yang terpasang di sekitar gedung FISIP UIN Walisongo Semarang diturunkan oleh pihak kampus. Spanduk tersebut berisi kritik terhadap kebijakan kampus seperti isu UKT, isu ma'had, komersialisasi pendidikan dan sebagainya.  "Bahwa pihak kampus telah membatasi ruang kebebasan ekspresi untuk mahasiswa menyuarakan suaranya." Padahal kampus seharusnya menjadi tempat pendidikan yang merdeka bagi para Mahasiswa, " ungkap Kia Mahasiswa Baru Sosiologi 2023.  Menurut Kia, bahwa adanya sebuah kritik justru akan membuat kampus menjadi lebih baik. Bukan malah dibungkam seperti itu.  Sementara itu, Gibran, Mahasiswa baru Sosiologi 2023 mengatakan bahwa isu ma'had merupakan hal yang paling krusial dan patut kita kawal bersama-sama. Namun tidak pernah  mendapatkan pe