Skip to main content

RAB Orsenik 2018 Cacat, UKM Tuntut Transparansi


Audiensi UKM dan Dema universitas terkait transparansi dana Orsenik

LPM Reference.com. Sabtu (22/9), karena adanya kejanggalan terkait Rencana Anggaran Belanja (RAB) Orientasi Olahraga, Seni, Ilmiah dan Keterampilan (Orsenik) 2018, beberapa aktivis Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menemui Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Walisongo untuk meminta keterangan terkait transparansi anggaran Orsenik 2018.
Bertempat di halaman kantor Fakultas Syari’ah dan Hukum (FSH), beberapa aktivis menanyakan berbagai kejanggalan yang ada pada RAB. Salah satu kejanggalan tersebut, terkait pemberian makan Penangung Jawab (PJ) yang hanya satu kali, padahal dalam RAB harusnya mendapat makan tiga kali.
Selain itu, pihak UKM juga kecewa dengan tidak dilibatkannya dalam penyusunan RAB Orsenik yang dilakukan oleh Dema, sehingga mereka merasa tidak ada kordinasi dari Dema tetapi hanya instruksi. Dalam kesempatan tersebut Syarifuddin Fahmi selaku ketua Dema mengakui kesalahnya terkait buruknya kordinasi soal anggran di Orsenik 2018, ia berdalih bahwa dirinya fokus ke acara konser dan agenda bulan November.
“Saya mengakui sangat salah, karena kordinasi yang buruk dari kami, saya  kurang maskimal dalam proses penyusunan RAB  karena saya serahkan ke wakil Dema saya Ahmad Sajidin” ungkap Fahmi.
Dalam pertemuan ini, pihak Dema berjanji akan memberikan hak-hak UKM yang dalam Orsenik ini tidak terpenuhi. Rencananya, pada Rabu (26/09) Dema akan melakukan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) terbuka dengan UKM. 
Reporter : Luqman S
Editor: Nur Khabibah

Comments

Popular posts from this blog

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat

Kecewa UKT Mahal, MABA FISIP Gelar Unjuk Rasa di Depan WR 3

      http://www.lpmreference.com Hari terakhir PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan) menjadi momentum Mahasiswa baru (Maba) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk unjuk rasa terkait mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Realisasi Program Ma'had tepat di depan Wakil Rektor 3, Minggu 6 Agustus 2023. Aksi yang bertempat di depan Land Mark Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut di latar belakangi atas ketidakkepuasan MABA FISIP tentang UKT yang begitu mahal, UKT yang tidak tepat sasaran dan Realisasi Program Ma'had yang masih jauh dari kata memuaskan untuk para MABA. Massa Aksi membentangkan spanduk yang bertuliskan "Tolak Komersialisasi Pendidikan, Tolong Kami", "Regulasi Ma'had ugal-ugalan pelan-pelan pak Rektor". Aksi yang berlangsung pada pukul 17.20 WIB, secara kebetulan tepat berada di depan Wakil Rektor 3 yaitu  Achmad Arief Budiman dan disaksikan oleh nya secara langsung. "Mari kita kawal bersama adek-adek

Kampus UIN Walisongo disebut Anti Kritik, Begini Tanggapan Mahasiswa Baru Sosiologi 2023

      http://www.lpmreference.com Kampus UIN Walisongo Semarang disebut anti kritik, hal ini diungkapkan  mahasiswa baru Sosiologi angkatan 2023. Baru-baru ini, pada pelaksanaan hari pertama PBAK terpantau ada spanduk yang terpasang di sekitar gedung FISIP UIN Walisongo Semarang diturunkan oleh pihak kampus. Spanduk tersebut berisi kritik terhadap kebijakan kampus seperti isu UKT, isu ma'had, komersialisasi pendidikan dan sebagainya.  "Bahwa pihak kampus telah membatasi ruang kebebasan ekspresi untuk mahasiswa menyuarakan suaranya." Padahal kampus seharusnya menjadi tempat pendidikan yang merdeka bagi para Mahasiswa, " ungkap Kia Mahasiswa Baru Sosiologi 2023.  Menurut Kia, bahwa adanya sebuah kritik justru akan membuat kampus menjadi lebih baik. Bukan malah dibungkam seperti itu.  Sementara itu, Gibran, Mahasiswa baru Sosiologi 2023 mengatakan bahwa isu ma'had merupakan hal yang paling krusial dan patut kita kawal bersama-sama. Namun tidak pernah  mendapatkan pe