Skip to main content

Dekatkan Hati Pada Sang Pencipta



Judul Buku: Ajaklah Hatimu Bicara
Penulis: Muhammad Alain
Penerbit: Buku Kita
Tahun Terbit: 2011
Peresensi: Luqman Sulistiyawan

“Suara hati memang lirih, ia seperti  bisik halus ditengah gemuruh suara-suara atau mungkin ia bagai irama gemercik bising ditengah orkestra dunia” begitulah cuplikan kata yang ada dalam buku “Ajaklah Hatimu Bicara” karya Muhammad Alain.

Buku bergenre agama ini begitu ringan dibaca dengan berbagai materi yang dapat menggugah hati untuk senantiasa mengoreksi diri kita, apakah selama ini dunia semakin mendekatkan kita pada sang pencipta atau justru sebaliknya.

Dalam buku ini, Alain menyebutkan bahwa hati adalah cermin yang memantulkan setiap gerak. Hati memantulkan setiap kebaikan dan kejahatan yang kita lakukan di dunia, seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

 “jika segumpal darah itu baik, akan baik pula seluruh diri. Jika ia rusak, akan rusak pula seluruh diri. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati”.

Dengan demikian maka kita perlu untuk menjaga dan merawat hati agar tidak rusak dan kotor, karena apabila hati rusak dan kotor maka sudah pasti tidak ada kebaikan yang memantul dari diri kita.

Dengan bahasa yang ringan, pembaca seakan masuk dalam alur penulisannya, tanpa mengurangi substansi dari permasalahan yang diangkat. Apalagi semakin  gamblang ketika di dalamnya dimasukan berbagai kata mutiara dari tokoh agamis yang terdapat di setiap bab.

Buku ini cocok sebagai bacaan di waktu senggang, karena mampu memberikan kesegaran yang membuat semangat kita hidup kembali. Tanpa ada rasa digurui tetapi dengan alur yang mengalir apabila dikaitkan dengan realitas hidup yang ada disekitar kita.





Comments

Popular posts from this blog

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat

Kecewa UKT Mahal, MABA FISIP Gelar Unjuk Rasa di Depan WR 3

      http://www.lpmreference.com Hari terakhir PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan) menjadi momentum Mahasiswa baru (Maba) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk unjuk rasa terkait mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Realisasi Program Ma'had tepat di depan Wakil Rektor 3, Minggu 6 Agustus 2023. Aksi yang bertempat di depan Land Mark Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut di latar belakangi atas ketidakkepuasan MABA FISIP tentang UKT yang begitu mahal, UKT yang tidak tepat sasaran dan Realisasi Program Ma'had yang masih jauh dari kata memuaskan untuk para MABA. Massa Aksi membentangkan spanduk yang bertuliskan "Tolak Komersialisasi Pendidikan, Tolong Kami", "Regulasi Ma'had ugal-ugalan pelan-pelan pak Rektor". Aksi yang berlangsung pada pukul 17.20 WIB, secara kebetulan tepat berada di depan Wakil Rektor 3 yaitu  Achmad Arief Budiman dan disaksikan oleh nya secara langsung. "Mari kita kawal bersama adek-adek

Kampus UIN Walisongo disebut Anti Kritik, Begini Tanggapan Mahasiswa Baru Sosiologi 2023

      http://www.lpmreference.com Kampus UIN Walisongo Semarang disebut anti kritik, hal ini diungkapkan  mahasiswa baru Sosiologi angkatan 2023. Baru-baru ini, pada pelaksanaan hari pertama PBAK terpantau ada spanduk yang terpasang di sekitar gedung FISIP UIN Walisongo Semarang diturunkan oleh pihak kampus. Spanduk tersebut berisi kritik terhadap kebijakan kampus seperti isu UKT, isu ma'had, komersialisasi pendidikan dan sebagainya.  "Bahwa pihak kampus telah membatasi ruang kebebasan ekspresi untuk mahasiswa menyuarakan suaranya." Padahal kampus seharusnya menjadi tempat pendidikan yang merdeka bagi para Mahasiswa, " ungkap Kia Mahasiswa Baru Sosiologi 2023.  Menurut Kia, bahwa adanya sebuah kritik justru akan membuat kampus menjadi lebih baik. Bukan malah dibungkam seperti itu.  Sementara itu, Gibran, Mahasiswa baru Sosiologi 2023 mengatakan bahwa isu ma'had merupakan hal yang paling krusial dan patut kita kawal bersama-sama. Namun tidak pernah  mendapatkan pe