Skip to main content

"Dinobatkan sebagai Film Indonesia Terseram Sepanjang Sejarah, Film Pengabdi Setan (Satan’s Slave), Karya Anak Bangsa yang Mendunia"



 Sumber foto : brilio.net

Genre​​: Horor Drama
Sutradara​​: Joko Anwar
Produser​​: Sunil Samtani, Gope T. Samtani, Priya N.K
Produksi​​: Rapi Film
Tanggal rilis​: 28 September (Indonesia) & 23 November 2017 (Malaysia & Singapura)

Film “Pengabdi Setan” karya Sutradara Joko Anwar ini merupakan remake dari film sebelumnya berjudul sama yakni “Pengabdi Setan” yang tayang pada tahun 1980. Meski demikian, banyak perbedaan yang signifikan antara film Pengabdi Setan versi 80-an dengan yang saat ini. Salah satunya adalah latar belakang keluarga yang diceritakan versi 2017 digambarkan sebagai keluarga yang sederhana serta mengalami krisis ekonomi semenjak sang ibu jatuh sakit, lain halnya dengan versi tahun 1980 yang digambarkan sebagai keluarga yang kaya raya. Alur cerita yang dibuat juga memiliki perbedaan satu sama lain. Bagi yang belum sempat menonton Pengabdi Setan, ulasan ini mungkin bisa memberikan gambaran mengenai film tersebut.

Film ini bercerita tentang suami istri yang memiliki empat orang anak, yakni Rini (Tara Basro) si anak sulung, Tony (Endy Arfian), Bondi (Nasar Annuz), dan si anak bungsu Ian (Muhammad Adhiyat)  Mawarni atau Ibu (Ayu Laksmi), bapak (Bront Palarae), sosok ibu dalam film ini diceritakan sebagai seorang penyanyi terkenal, namun setelah ia sakit keluarganya jatuh miskin dan mengalami krisis ekonomi.

Setelah ibu sakit keras dan tidak bisa berkarier sebagai penyanyi, kehidupan keluarga tersebut mengalami kesulitan sementara ibu sebagai tulang punggung keluarga sudah tidak memiliki pengasilan, dan bapak bekerja serabutan demi menjaga ibu dan anak-anak. Mereka pun tinggal dirumah nenek setelah menjual berbagai harta termasuk rumah, dan kendaraan bermotor yang biasa dipakai Tony untuk bersekolah. Bahkan Rini terpaksa putus kuliah demi membantu bekerja memenuhi kebutuhan hidup dan mengurus keluarga, termasuk menebus obat-obatan untuk sang ibu yang memiliki empat orang anak. Sang ibu pun kemudian meninggal akibat sakit yang telah ia derita selama tiga tahun.

​Sejak kepergian ibu, kejadian-kejadian aneh mulai muncul. Mereka diganggu oleh sosok-sosok misterius. Kenyataannya adalah, tak ada satu pun dari keempat bersaudara itu yang merupakan anak kandung dari sang ayah. Ibu diduga bergabung dalam suatu sekte pengabdi setan agar dapat memiliki anak. Fakta mengejutkan juga ditemukan, bahwa rentetan teror yang keluarga mereka alami itu ada kaitannya dengan Ian, si anak bungsu yang tunawicara. Karena dalam perjanjian, anak terakhir yang dilahirkan ibu yang telah mengabdi dengan setan dan setelah berumur tujuh tahun harus diambil oleh sekte tersebut. Teror dari berbagai sosok terus datang. mereka kerap melihat arwah ibu dan nenek bergentayangan di sekitar rumah. Bahkan saat Rini sholat pada malam hari, ia diganggu oleh makhluk mengerikan menyerupai sosok ibu dengan wajah pucat mengerikan yang masuk ke dalam mukena yang dikenakan Rini. Teror semakin  mencekam kala banyak sosok gaib yang silih berganti datang di malam hari, dan semakin menjadi-jadi kala mereka diserbu oleh puluhan sosok menyeramkan. Akhirnya mereka sekeluarga memutuskan untuk pindah.

Puncaknya adalah suatu malam dimana keluarga tersebut ingin bersiap untuk pindah rumah, mereka didatangi oleh puluhan mayat hidup yang bangkit dari pemakaman dan menyerang rumah mereka secara besar-besaran, para mayat hidup mengepung rumah dan masuk melalui pintu dapur. Malam itu pula ditemukan fakta bahwa si anak bungsu adalah anak hasil perkawinan ibu dengan makhluk halus. Ian yang tunawicara secara mendadak bisa bicara dan pergi bersama arwah ibu dalam keseraman malam itu. Di akhir film yang terkesan 'menggantung', diceritakan bahwa keluarga tersebut pindah kerumah susun. Mereka bertetangga dengan sepasang kekasih yang ternyata juga merupakan anggota dari sekte pengabdi setan.
Yang menarik dari film ini adalah pemilihan latar suasana yang dibuat seperti era 80-an, mulai dari kostum, latar tempat yang dipilih seperti rumah, hutan, dan kuburan, suara semua bernuansa zaman tersebut, sehingga kita seperti masuk ke mesin waktu. Nuansa agama, terutama Islam, terasa melekat pada film yang mengambil judul salah satu film di era 80-an tersebut.

Karakter yang diperankan oleh setiap aktor juga terasa kuat. Selain itu, tiap peran memiliki sisi humor tersendiri, sehingga cerita tidak terkesan tegang dan membosankan. Namun selain itu juga, penataan musik, lokasi syuting, tata rias, busana, dan jalan cerita yang dibawakan sudah sangat kuat dan mampu mengajak penonton menuju suasana pada era 70-an.

Kekurangan dari film yang diklaim sebagai film paling horor sepanjang masa sekaligus film terlaris di Indonesia tahun 2017 ini terletak pada desain grafis sosok hantu-hantu yang muncul diakhir cerita. Gambar yang ditampilkan kurang realistis, sehingga cukup terlihat bahwa hantu-hantu yang muncul merupakan editan komputer. Meski begitu, film “Pengabdi Setan” cukup sukses dengan berbagai apresiasi dan penghargaan yang diraih. 

Film bergenre horor ini berhasil menjadi film terlaris di tahun 2017 dengan total penonton sebanyak 4,2 juta lebih. Film ini juga ditayangkan di berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Kanada, dan lain-lain. Film ini juga banyak mendapat julukan sebagai film terseram. (dikutip dari laman  web IDNTimes), dan memperoleh 13 nominasi dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2017. Ian yang diperankan oleh Muhammad Adhiyat sukses menyabet gelar “Pemeran Anak Terbaik” dalam ajang tersebut. Selain penghargaan tersebut, penghargaan yang berhasil dimenangkan film ini yakni Tata Sinematografi Terbaik, Tata Suara Terbaik, Lagu Tema Terbaik (“Kelam Malam” oleh The Spouse), Tata Musik Terbaik, Tata Efek Visual Terbaik, dan Tata Artis Terbaik.

Bagaimana menurut kalian, apakah Film ini pantas menyandang status sebagai film Indonesia terseram sepanjang masa?

Peresensi: Rizky Agus Harnanto
Editor: Fadlilatunnaja


Comments

Popular posts from this blog

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat

Kecewa UKT Mahal, MABA FISIP Gelar Unjuk Rasa di Depan WR 3

      http://www.lpmreference.com Hari terakhir PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan) menjadi momentum Mahasiswa baru (Maba) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk unjuk rasa terkait mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Realisasi Program Ma'had tepat di depan Wakil Rektor 3, Minggu 6 Agustus 2023. Aksi yang bertempat di depan Land Mark Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut di latar belakangi atas ketidakkepuasan MABA FISIP tentang UKT yang begitu mahal, UKT yang tidak tepat sasaran dan Realisasi Program Ma'had yang masih jauh dari kata memuaskan untuk para MABA. Massa Aksi membentangkan spanduk yang bertuliskan "Tolak Komersialisasi Pendidikan, Tolong Kami", "Regulasi Ma'had ugal-ugalan pelan-pelan pak Rektor". Aksi yang berlangsung pada pukul 17.20 WIB, secara kebetulan tepat berada di depan Wakil Rektor 3 yaitu  Achmad Arief Budiman dan disaksikan oleh nya secara langsung. "Mari kita kawal bersama adek-adek

Kampus UIN Walisongo disebut Anti Kritik, Begini Tanggapan Mahasiswa Baru Sosiologi 2023

      http://www.lpmreference.com Kampus UIN Walisongo Semarang disebut anti kritik, hal ini diungkapkan  mahasiswa baru Sosiologi angkatan 2023. Baru-baru ini, pada pelaksanaan hari pertama PBAK terpantau ada spanduk yang terpasang di sekitar gedung FISIP UIN Walisongo Semarang diturunkan oleh pihak kampus. Spanduk tersebut berisi kritik terhadap kebijakan kampus seperti isu UKT, isu ma'had, komersialisasi pendidikan dan sebagainya.  "Bahwa pihak kampus telah membatasi ruang kebebasan ekspresi untuk mahasiswa menyuarakan suaranya." Padahal kampus seharusnya menjadi tempat pendidikan yang merdeka bagi para Mahasiswa, " ungkap Kia Mahasiswa Baru Sosiologi 2023.  Menurut Kia, bahwa adanya sebuah kritik justru akan membuat kampus menjadi lebih baik. Bukan malah dibungkam seperti itu.  Sementara itu, Gibran, Mahasiswa baru Sosiologi 2023 mengatakan bahwa isu ma'had merupakan hal yang paling krusial dan patut kita kawal bersama-sama. Namun tidak pernah  mendapatkan pe