Skip to main content

Suara Fisip Pemilwa

Semarang, LPM Reference,- Pemilu mahasiswa (PEMILWA) adalah sebuah acara yang diadakan satu tahun sekali untuk memilih presiden mahasiswa Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Universtitas (DEMA-U), Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F), Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), beserta Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U) dan Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA-F). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) tahun ini menjadi pertama kalinya mengikuti PEMILWA. Bagaimana tanggapan mahasiswa untuk PEMILWA ini? Sudahkah mahasiswa FISIP mengenal calon serta visi dan misi yang direncanakan oleh masing-masing calon? Bagaimana pendapat Anda mengenai PEMILWA di FISIP tahun ini? Apa harapan Anda untuk pemimpin yang nanti terpilih?



Hepy Luberisasi (Mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik semester 5)

 “Saya belum terlalu mengenal para kandidat karena menurut saya kampanye belum terlalu menyebar, saya rasa tidak semua mahasiswa itu tahu tentang visi misi dari para calon. Pemilwa tahun ini sepertinya kurang ramai karena dalam kampanyenya saja tidak semua orang tahu para calon dan visi misi mereka. Untuk pemimpim yang akan terpilih saya harap dapat menyatukan mahasiswa FISIP, kemudian program kerjanya harus dijalankan tidak hanya membuat rancangan program, jadi kegiatan di FISIP lebih banyak dan mahasiwa lebih aktif.”


Raida Afra (Mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik semester 3)

“Saya hanya mengenal sebagian calon saja, belum seluruhnya mengenal dan tahu visi misinya karena saya hanya lihat di poster-poster yang ada di kampus. Kampanye secara langsung dari calon tidak terlalu terlihat. Pemilwa tahun ini menurut saya kurang dalam kampanyenya, kemudian di pemilwa tahun ini dinamikanya juga kurang, karena seperti di HMJ Sosiologi sendiri itu calonnya hanya satu saja, jadi kurang ada persaingan tidak seperti di universitas lain kalau ada pemilwa ramai banget, tapi berbeda kalau di sini. Harapan saya pemimpin bisa mengemban amanah dengan baik, visi misinya direalisasikan, tidak cuma janji saja dan juga bisa memajukan FISIP.”


Hibatullah Hauzan Hanif (Mahasiswa Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik semester 1)

            “Kalau saya tidak terlalu banyak tahu, tapi sepertinya kita yang  harus aktif melihat calon-calonnya, seperti datang kalau ada debat itu sebagai ajang agar kita tahu calon kita itu seperti apa, lalu juga cari-cari lewat sosial media. Ibaratnya saya itu modal ‘kepo’ lah itu calonnya seperti apa, visi misinya seperti apa, kira-kira pantas atau tidak kita pilih. Karena pertama ya (untuk mahasiswa 2017) saya rasa animo dari masing-masing calon pemilih cukup bagus karena dikoordinir per kelas. Saya harap tingkat golput, terutama di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini rendah. Dan untuk pemimpin melaksanakan janji-janjinya. Dan kalau saya sendiri menekankan, ketika sudah terpilih rajin-rajin turun ke kita (mahasiswa), apa yang diinginkan oleh kita dan apa yang dikemukakan oleh kita dapat difasilitasi oleh para pemimpin yang terpilih.”

Salis Alfianur (Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik semester 5)

“Saya hanya mengenal sebagian dari  kandidat yang ada, terkait dengan visi misi saya hanya melihat yang ada di poster yang di tempel di kampus. Itu pun saya hanya tahu satu dua saja. Kalau menurut saya, sudah cukup baik dibanding tahun lalu, tahun lalu kita masih memilih di Fakultas Dakwah dan Komunikasi,  kalo tahun sekarang bisa di fakultas sendiri, tempat yang disediakan dan fasilitas yang ada seperti TPS dan panitia yang ikut serta juga sudah cukup baik. Harapannya semoga pemimpin yang terpilih bisa menjalankan amanahnya, bisa menjalankan visi misinya dengan  baik, tanggung jawab, kerja nyata,  dan mampu mengemban tugasnya dengan baik.”


Reporter : Rizky/Naja

Editor : Afief Zainul Haq

Comments

Popular posts from this blog

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat

Kecewa UKT Mahal, MABA FISIP Gelar Unjuk Rasa di Depan WR 3

      http://www.lpmreference.com Hari terakhir PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan) menjadi momentum Mahasiswa baru (Maba) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk unjuk rasa terkait mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Realisasi Program Ma'had tepat di depan Wakil Rektor 3, Minggu 6 Agustus 2023. Aksi yang bertempat di depan Land Mark Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut di latar belakangi atas ketidakkepuasan MABA FISIP tentang UKT yang begitu mahal, UKT yang tidak tepat sasaran dan Realisasi Program Ma'had yang masih jauh dari kata memuaskan untuk para MABA. Massa Aksi membentangkan spanduk yang bertuliskan "Tolak Komersialisasi Pendidikan, Tolong Kami", "Regulasi Ma'had ugal-ugalan pelan-pelan pak Rektor". Aksi yang berlangsung pada pukul 17.20 WIB, secara kebetulan tepat berada di depan Wakil Rektor 3 yaitu  Achmad Arief Budiman dan disaksikan oleh nya secara langsung. "Mari kita kawal bersama adek-adek

Kampus UIN Walisongo disebut Anti Kritik, Begini Tanggapan Mahasiswa Baru Sosiologi 2023

      http://www.lpmreference.com Kampus UIN Walisongo Semarang disebut anti kritik, hal ini diungkapkan  mahasiswa baru Sosiologi angkatan 2023. Baru-baru ini, pada pelaksanaan hari pertama PBAK terpantau ada spanduk yang terpasang di sekitar gedung FISIP UIN Walisongo Semarang diturunkan oleh pihak kampus. Spanduk tersebut berisi kritik terhadap kebijakan kampus seperti isu UKT, isu ma'had, komersialisasi pendidikan dan sebagainya.  "Bahwa pihak kampus telah membatasi ruang kebebasan ekspresi untuk mahasiswa menyuarakan suaranya." Padahal kampus seharusnya menjadi tempat pendidikan yang merdeka bagi para Mahasiswa, " ungkap Kia Mahasiswa Baru Sosiologi 2023.  Menurut Kia, bahwa adanya sebuah kritik justru akan membuat kampus menjadi lebih baik. Bukan malah dibungkam seperti itu.  Sementara itu, Gibran, Mahasiswa baru Sosiologi 2023 mengatakan bahwa isu ma'had merupakan hal yang paling krusial dan patut kita kawal bersama-sama. Namun tidak pernah  mendapatkan pe