Skip to main content

PWI Ajak Wartawan Satukan Ideologi


Semarang, LPM Reference Sabtu (23/09), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah (Jateng) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema ‘’Peran Pers Merajut Kebangsaan Indonesia Menghadapi Tantangan Global Ideologi’’. Dalam menyukseskan acara ini, PWI Jateng mengundang beberapa tokoh kebangsaan, para jurnalis, dan para wartawan kampus di sekitar Semarang.

Ketua panitia, Adi Nugroho menyatakan bahwa latar belakang diadakan FGD tersebut karena khawatir terhadap patriotisme atau nasionalisme para jurnalis di era digital ini. Pasalnya, saat ini banyak ditemui berita-berita yang tidak patut, kotor, dan tendensius kepada kepentingan ideologi, golongan, ataupun kelompok tertentu.

‘’Kami mengadakan acara semacam ini, karena khawatir dengan patriotisme dan nasionalisme para jurnalis saat ini yang sudah mulai dirasuki ideologi-ideologi yang bertentangan dengan dasar NKRI. ’’ ucap Adi.

Terkait dengan pembicara, PWI Jateng mendatangkan beberapa tokoh diantaranya, Hj. Asma Soetresno (Ketua BP7) dan  Soecipto S.H. sedangkan moderator dalam acara ini di pandu oleh Aulia Muhammad Pimpinan Redaksi Wawasan.

Adapun inti dari diskusi ini, para pembicara mengajak kepada seluruh jurnalis bekerja sesuai dengan panggilan hati, bukan panggilan nafsu. Artinya, para jurnalis harus bekerja dengan berperdoman pada kebenaran, bukan mengacu pada kepentingan-kepentingan yang dapat merusak citra dan jati diri bangsa.

Selain itu, pancasila sebagai ideologi utama para jurnalis harus benar-benar ditanamkan di dalam hati masing-masing, sehingga para jurnalis mampu memberikan berita-berita aktual, faktual dan terpercaya.

Menurut salah satu pemateri, Asma Soetresno, bahwa hidup itu perlu pitutur, agar lebih teratur. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pitutur yang tepat untuk dijadikan pedoman dalam hidup sehari-hari adalah dengan mengamalkan sila-sila pancasila. Sebab, pancasila merupakan representasi dari aspirasi-aspirasi seluruh warga NKRI.

’Urip kuwi butuh pitutur, ben urip iki biso teratur’’ ungkapnya dalam bahasa jawa. (Rijal)

Comments

Popular posts from this blog

Fenomena Bahasa Campur-Campur ala “Anak Jaksel”

Gambar 1.1. Contoh meme yang membahas karakteristik “anak Jaksel”. Belakangan ini media sosial seperti Twitter dan Instagram ramai menyinggung fenomena tentang bentuk komunikasi yang terkenal kerap menyisipkan bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia. Cara bicara tersebut dianggap sebagai gaya bahasa anak-anak yang tinggal di Jakarta Selatan atau biasa disebut “a nak Jaksel ” . Kata yang umum dipakai antara lain adalah which is (yang), literally (secara harfiah), at least (minimal), even (bahkan), dan lain-lain. Gaya bahasa tersebut pun makin populer karena banyak selebrit as , pegiat Twitter, pegiat Instagram, dan pegiat Youtube atau video bloger juga menggunakan gaya bahasa tersebut dalam konten-konten yang mereka buat, sehingga makin marak diperbincangkan di kalangan warganet , yakni seseorang yang aktif mengakses internet, khususnya media sosial dalam kesehariannya. Mengutip tulisan tirto.id berjudul Gaya Bahasa ala “ A nak Jaksel” di Kalangan Pejabat

Kecewa UKT Mahal, MABA FISIP Gelar Unjuk Rasa di Depan WR 3

      http://www.lpmreference.com Hari terakhir PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan) menjadi momentum Mahasiswa baru (Maba) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) untuk unjuk rasa terkait mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Realisasi Program Ma'had tepat di depan Wakil Rektor 3, Minggu 6 Agustus 2023. Aksi yang bertempat di depan Land Mark Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang tersebut di latar belakangi atas ketidakkepuasan MABA FISIP tentang UKT yang begitu mahal, UKT yang tidak tepat sasaran dan Realisasi Program Ma'had yang masih jauh dari kata memuaskan untuk para MABA. Massa Aksi membentangkan spanduk yang bertuliskan "Tolak Komersialisasi Pendidikan, Tolong Kami", "Regulasi Ma'had ugal-ugalan pelan-pelan pak Rektor". Aksi yang berlangsung pada pukul 17.20 WIB, secara kebetulan tepat berada di depan Wakil Rektor 3 yaitu  Achmad Arief Budiman dan disaksikan oleh nya secara langsung. "Mari kita kawal bersama adek-adek

Kampus UIN Walisongo disebut Anti Kritik, Begini Tanggapan Mahasiswa Baru Sosiologi 2023

      http://www.lpmreference.com Kampus UIN Walisongo Semarang disebut anti kritik, hal ini diungkapkan  mahasiswa baru Sosiologi angkatan 2023. Baru-baru ini, pada pelaksanaan hari pertama PBAK terpantau ada spanduk yang terpasang di sekitar gedung FISIP UIN Walisongo Semarang diturunkan oleh pihak kampus. Spanduk tersebut berisi kritik terhadap kebijakan kampus seperti isu UKT, isu ma'had, komersialisasi pendidikan dan sebagainya.  "Bahwa pihak kampus telah membatasi ruang kebebasan ekspresi untuk mahasiswa menyuarakan suaranya." Padahal kampus seharusnya menjadi tempat pendidikan yang merdeka bagi para Mahasiswa, " ungkap Kia Mahasiswa Baru Sosiologi 2023.  Menurut Kia, bahwa adanya sebuah kritik justru akan membuat kampus menjadi lebih baik. Bukan malah dibungkam seperti itu.  Sementara itu, Gibran, Mahasiswa baru Sosiologi 2023 mengatakan bahwa isu ma'had merupakan hal yang paling krusial dan patut kita kawal bersama-sama. Namun tidak pernah  mendapatkan pe